Minggu, 13 Desember 2015

KANKER PAYUDARA


Pengertian Kanker Payudara

Payudara terbentuk dari lemak, jaringan ikat, dan ribuan lobulus (kelenjar kecil penghasil air susu). Saat seorang wanita melahirkan, Air Susu Ibu (ASI) akan dikirim ke puting melalui saluran kecil saat menyusui.
Sel-sel dalam tubuh kita biasanya tumbuh dan berkembang biak secara teratur. Sel-sel baru hanya terbentuk saat dibutuhkan. Tetapi proses dalam tubuh pengidap kanker akan berbeda.



Proses tersebut akan berjalan secara tidak wajar sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel menjadi tidak terkendali. Sel-sel abnormal tersebut juga bisa menyebar ke bagian-bagian tubuh lain melalui aliran darah. Inilah yang disebut kanker yang mengalami metastasis.
Jika terdeteksi pada stadium awal, kanker dapat diobati sebelum menyebar ke bagian lain tubuh. Gejala awal kanker payudara adalah benjolan atau penebalan pada jaringan kulit payudara. Tetapi sebagian besar benjolan belum tentu menandakan kanker.

Penderita Kanker Payudara di Indonesia

Kejadian kanker payudara di Indonesia mencapai sekitar 40 kasus setiap 100.000 penduduk pada tahun 2012, menurut data di organisasi kesehatan dunia (WHO). Dibandingkan dengan negara tetangga kita, Malaysia, kanker payudara di Indonesia lebih banyak diderita oleh wanita usia muda dan pada tahap yang lebih lanjut.
Kanker payudara tidak hanya menyerang kaum wanita tapi juga pria walaupun jarang.

Apa saja Jenis Kanker Payudara?

Dua di antara tiga wanita yang mengidap kanker payudara berusia di atas 50 tahun. Saat Anda menyadari adanya gejala kanker payudara, Anda dianjurkan untuk segera mengonsultasikannya ke dokter. Setelah pemeriksaan, dokter biasanya merujuk Anda ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut guna memastikan diagnosis.
Kanker payudara umumnya terbagi dalam dua kategori, yaitu non-invasif dan invasif. Penjelasan lebih detailnya adalah sebagai berikut:
Kanker payudara invasif
Bentuk paling umum dari kanker payudara invasif adalah kanker payudara duktal invasif yang berkembang pada sel-sel pembentuk saluran payudara. Kata invasif berarti kanker ini dapat menyebar di luar payudara. Sekitar 80 persen dari semua kasus kanker payudara invasif merupakan jenis semacam ini.
Jenis kanker payudara invasif lain meliputi:
  • Kanker payudara lobular invasif. Penyakit ini berkembang pada kelenjar penghasil susu yang disebut lobulus.
  • Kanker payudara terinflamasi.
  • Kanker Paget pada payudara.
Jenis-jenis kanker ini juga dikenal sebagai kanker payudara sekunder atau metastasis. Jenis ini dapat menyebar ke bagian lain tubuh. Penyebarannya biasanya melalui kelenjar getah bening (kelenjar kecil yang menyaring bakteri dari tubuh) atau aliran darah.
Kanker payudara non-invasif
Bentuk kanker non-invasif biasanya ditemukan melalui mamografi karena jarang menimbulkan benjolan. Jenis ini juga sering disebut pra kanker. Tipe yang paling umum dari kanker ini adalah duktal karsinoma in situ. Jenis kanker payudara ini bersifat jinak dan ditemukan dalam saluran (duktus) payudara, serta belum menyebar.

Pemeriksaan Payudara dan Genetika

Penyebab kanker payudara yang utama belum diketahui. Karena itu, pencegahan sepenuhnya untuk kanker payudara juga sulit ditentukan. Banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker, misalnya usia dan riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan payudara dan genetika dianjurkan untuk wanita dengan kemungkinan terkena kanker payudara melebihi rata-rata. Risiko kanker payudara meningkat seiring usia, maka wanita berusia 50-70 tahun dianjurkan memeriksakan diri setiap tiga tahun sekali. Wanita berusia 70 tahun ke atas juga dianjurkan untuk memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter

Langkah-langkah Pengobatan Kanker Payudara

Satu dari sembilan orang wanita akan terkena kanker payudara selama masa hidup mereka. Kanker yang terdeteksi pada tahap awal memiliki peluang untuk sembuh melalui langkah-langkah pengobatan. Karena itu, sangat penting bagi seorang wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara secara rutin.
Kanker payudara dapat diobati dengan kombinasi operasi, kemoterapi, dan radioterapi. Beberapa kasus kanker payudara juga dapat ditangani melalui terapi biologis atau hormon. Selama masa pengobatan dan pemulihan, dukungan dari orang lain (terutama keluarga serta teman dekat) bagi penderita kanker payudara sangatlah penting.

 

Gejala Kanker Payudara

Indikasi pertama dari kanker payudara yang umumnya disadari adalah benjolan atau kulit yang menebal di payudara, tetapi sekitar 9 dari 10 benjolan yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.
Indikasi pertama kanker payudara yang biasanya disadari adalah benjolan atau kulit yang menebal pada payudara. Meski demikian, sekitar 9 dari 10 benjolan yang muncul bukanlah disebabkan oleh kanker.
Terdapat beberapa indikasi yang perlu Anda perhatikan agar bisa ditanyakan langsung kepada dokter yang menangani Anda. Contoh gejala tersebut adalah rasa sakit pada payudara atau ketiak yang tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.
Kemunculan benjolan atau kulit payudara yang menebal serta keluarnya cairan dari puting (biasanya disertai darah) juga perlu Anda waspadai. Beberapa gejala lainnya adalah perubahan ukuran pada salah satu atau kedua payudara, perubahan bentuk puting, serta kulit payudara yang mengerut.
Anda mungkin juga akan mengalami gatal-gatal dan muncul ruam di sekitar puting Anda. Pada bagian ketiak Anda, bisa juga muncul benjolan atau pembengkakan. Tanda-tanda dan gejala di atas perlu Anda waspadai dan usahakan untuk menanyakan pada dokter untuk memastikan kondisi yang Anda alami.

               

Penyebab Kanker Payudara

Penyebab kanker payudara belum diketahui secara pasti. Sulit untuk memastikan bahwa tiap penderita memiliki penyebab yang sama atau tidak. Tetapi ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat risiko terkena kanker payudara, antara lain:

Dampak Diagnosis Kanker Payudara yang Sebelumnya

Jika Anda pernah mengidap kanker payudara atau terjadi perubahan sifat sel kanker non-invasif yang terkandung di dalam saluran payudara menjadi sel kanker invasif, Anda dapat kembali terkena kanker pada payudara yang sama atau pada payudara satunya.

Pengaruh Benjolan Jinak yang Pernah Dimiliki

Memiliki benjolan jinak bukan berarti Anda mengidap kanker payudara, tetapi benjolan tertentu mungkin bisa meningkatkan risiko Anda. Perubahan kecil pada jaringan payudara Anda, seperti pertumbuhan sel yang tidak lazim dalam saluran atau lobulus, bisa meningkatkan risiko Anda untuk terkena kanker payudara.

Pengaruh Genetika dan Riwayat Kesehatan Keluarga

Jika Anda memiliki keluarga inti (misalnya, ibu, kakak, adik atau anak) yang mengidap kanker payudara atau ovarium, risiko Anda untuk terkena kanker payudara akan meningkat. Tetapi kanker payudara mungkin juga muncul lebih dari sekali dalam satu keluarga secara kebetulan.
Umumnya kasus kanker payudara bukan dikarenakan faktor keturunan (hereditas), tetapi mutasi gen tertentu yang dikenal dengan nama BRCA1 dan BRCA2 dapat mempertinggi risiko kanker payudara dan kanker ovarium. Jenis kanker ini juga mungkin diturunkan orang tua kepada anak.

Faktor Usia

Seiring bertambahnya usia, risiko kanker juga akan meningkat. Kanker payudara umumnya terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun yang sudah mengalami menopause. Sekitar 80 persen kasus kanker payudara terjadi pada wanita berusia di atas 50 tahun.

Risiko Paparan Radiasi

Risiko Anda untuk terkena kanker payudara juga bisa meningkat jika sering terpapar radiasi atau akibat prosedur medis tertentu yang menggunakan radiasi seperti rontgen dan CT scan.

Risiko Paparan Estrogen

Risiko terkena kanker payudara akan sedikit meningkat akibat tingkat paparan terhadap estrogen dalam tubuh. Contoh:
  • Jika Anda tidak memiliki keturunan atau melahirkan di usia lanjut. Hal ini akan meningkatkan risiko kanker payudara karena paparan terhadap estrogen tidak terhalang oleh proses kehamilan.
  • Jika Anda mengalami masa menstruasi yang lebih lama (misalnya, mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun atau mengalami menopause setelah usia 55 tahun).

Pengaruh Terapi Penggantian Hormon

Terapi penggantian hormon kombinasi memiliki risiko sedikit lebih tinggi daripada terapi penggantian hormon estrogen. Tetapi keduanya tetap dapat mempertinggi risiko terkena kanker payudara.Di antara 1.000 wanita yang menjalani terapi hormon kombinasi selama 10 tahun, diperkirakan akan ada 19 kasus kanker payudara lebih banyak dibanding kelompok wanita yang tidak pernah menerima terapi hormon. Risiko ini juga akan meningkat seiring durasi terapi, tapi akan kembali normal setelah Anda berhenti menjalaninya.

Pengaruh Kelebihan Berat Badan Atau Obesitas

Kelebihan berat badan setelah menopause dapat menyebabkan peningkatan produksi estrogen sehingga risiko kanker payudara akan meningkat.

Konsumsi Minuman Keras

Sebuah penelitian telah dilakukan terhadap 200 wanita pengonsumsi minuman keras dan 200 wanita bukan pengonsumsi minuman keras. Hasilnya menyatakan bahwa anggota kelompok pengonsumsi minuman keras bisa terserang kanker sebanyak tiga orang lebih banyak. Risiko kanker payudara akan meningkat seiring banyaknya jumlah minuman keras yang dikonsumsi.

 

Diagnosis Kanker Payudara

Pada umumnya, kanker payudara didiagnosis melalui pemeriksaan rutin atau ketika penderitanya menyadari gejala-gejala tertentu yang akhirnya menjadi pendorong untuk ke dokter.Pemeriksaan fisik saja tidak cukup untuk mengonfirmasi diagnosis kanker payudara.
Jika menemukan benjolan pada payudara Anda, dokter akan menganjurkan beberapa prosedur untuk memastikan apakah Anda menderita kanker payudara atau tidak.
  • Mamografi. Pemeriksaan dengan mamografi umumnya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kanker.
  • USG. Jenis pemeriksaan ini digunakan untuk memastikan apakah benjolan pada payudara berbentuk padat atau mengandung cairan.
  • Biopsi. Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan sampel sel-sel payudara dan mengujinya untuk mengetahui apakah sel-sel tersebut bersifat kanker. Melalui prosedur ini, sampel biopsi juga akan diteliti untuk mengetahui jenis sel payudara yang terkena kanker, keganasannya serta reaksinya terhadap hormon.
Saat didiagnosis positif mengidap kanker, Anda memerlukan sejumlah pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui stadium dan tingkat penyebaran kanker. Di antaranya:
  • MRI dan CT scan.
  • Rontgen dada.
  • Pemeriksaan tulanguntuk mengecek apakah kanker sudah menyebar ke tulang.
  • Biopsi kelenjar getah bening (noda limfa) di ketiak. Jika terjadi penyebaran kanker, kelenjar getah bening pertama yang akan terinfeksi adalah noda limfa sentinel.Lokasinya bervariasi jadi perlu diidentifikasikan dengan kombinasi isotop radioaktif dan tinta biru.
Anda juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan yang akan menunjukkan reaksi kanker pada jenis-jenis pengobatan tertentu. Di antaranya:
Pemeriksaan HER2
Kanker yang dirangsang oleh protein, disebut dengan HER2 (human epidermal growth factor receptor 2), dapat ditangani dengan obat-obatan yang memblokir efek HER2. Jenis pengobatan ini disebut terapi biologis atau molekul.
Pemeriksaan reseptor hormon
Pertumbuhan sel kanker payudara juga mungkin dipicu oleh hormon alami tubuh, misalnya estrogen dan progesteron. Sampel sel kanker akan diambil dari payudara dan diuji untuk melihat reaksinya pada estrogen atau progesteron. Jika hormon menempel pada sel kanker, yaitu pada reseptor hormon, sel tersebut akan disebut sebagai reseptor hormon positif.

Stadium Kanker Payudara

Stadium menjelaskan ukuran kanker dan tingkat penyebarannya. Kanker payudara duktal non-invasif terkadang digambarkan sebagai Stadium 0. Stadium lainnya menjelaskan perkembangan kanker payudara invasif. Dokter akan menentukan stadium kanker setelah Anda didiagnosis positif terkena kanker.
Pada stadium 1
Ukuran tumor kurang dari 2 cm. Tumor tidak menyebar ke kelenjar getah bening di ketiak dan tidak ada tanda-tanda penyebaran kanker ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 2
Ukuran tumor 2-5 cm atau tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening, atau keduanya. Tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 3
Ukuran tumor 2-5 cm. Tumor mungkin menempel pada kulit atau jaringan di sekitar payudara. Kelenjar getah bening di ketiak terinfeksi, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa kanker sudah menyebar ke bagian lain tubuh.
Pada stadium 4
Tumor dengan segala ukuran dan sudah menyebar ke bagian lain tubuh (metastasis).

 

Pengobatan Kanker Payudara

Ada beberapa faktor yang jadi pertimbangan dokter sebelum memutuskan pengobatan yang terbaik, yaitu stadium serta tingkat perkembangan kanker, kondisi kesehatan menyeluruh dari penderita dan masa menopause.
Kanker payudara yang terdeteksi melalui pemeriksaan rutin biasanya berada pada stadium awal. Kanker payudara primer (sel kanker pertama berawal dari sel payudara dan bukan hasil penyebaran sel kanker dari organ lain) umumnya bisa sembuh secara total jika didiagnosis dan diobati sejak dini.
Sedangkan kanker yang terdeteksi akibat gejala fisik yang muncul mungkin sudah berada pada stadium lebih lanjut. Jika terdeteksi pada stadium lanjut dan setelah menyebar ke bagian lain tubuh, maka kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.
Jenis penanganan kanker payudara yang pertama biasanya adalah operasi. Jenis operasinya bervariasi tergantung jenis kanker payudara yang Anda derita. Proses operasi biasanya ditindaklanjuti dengan kemoterapi, radioterapi, atau perawatan biologis untuk beberapa kasus tertentu. Kemoterapi atau terapi hormon juga terkadang dapat menjadi langkah pengobatan pertama.
Jika terdeteksi pada stadium lanjut setelah menyebar ke bagian lain tubuh, kanker payudara tidak bisa disembuhkan. Jenis pengobatan yang akan dianjurkan pun berbeda dan bertujuan untuk meringankan beban bagi penderitanya.

Proses-proses Operasi

Operasi untuk kanker payudara terbagi dua, yaitu operasi yang hanya mengangkat tumor dan operasi yang mengangkat payudara secara menyeluruh (mastektomi). Operasi plastik rekonstruksi biasanya dapat dilakukan langsung setelah mastektomi.
Untuk menangani kanker payudara stadium awal, penelitian menunjukkan bahwa kombinasi operasi pengangkatan tumor dan radioterapi memiliki tingkat kesuksesan yang sama dengan mastektomi total.
Lumpektomi (operasi pengangkatan tumor)
Dalam lumpektomi, bentuk payudara akan dibiarkan seutuh mungkin. Operasi ini umumnya dianjurkan untuk tumor berukuran kecil dan meliputi pengangkatan tumor beserta sedikit jaringan sehat di sekitarnya. Pertimbangan dalam menentukan jumlah jaringan payudara yang akan diangkat meliputi kuantitas jaringan di sekitar tumor yang perlu diangkat, jenis, ukuran, lokasi tumor, dan ukuran payudara.
Mastektomi (pengangkatan payudara)
Proses operasi ini adalah pengangkatan seluruh jaringan payudara, termasuk puting. Penderita dapat menjalani mastektomi bersamaan dengan biopsi noda limfa sentinel jika tidak ada indikasi penyebaran kanker pada kelenjar getah bening. Sebaliknya, penderita dianjurkan untuk menjalani proses pengangkatan kelenjar getah bening di ketiak jika kanker sudah menyebar ke bagian itu.
Operasi plastik rekonstruksi
Ini adalah proses operasi untuk membuat payudara baru yang semirip mungkin dengan payudara satunya. Operasi plastik rekonstruksi bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu operasi rekonstruksi langsung yang bersamaan dengan mastektomi, dan operasi rekonstruksi berkala yang dilakukan beberapa waktu setelah mastektomi. Operasi pembuatan payudara baru ini bisa dilakukan dengan menggunakan implan payudara atau jaringan dari bagian tubuh lain.

Langkah Kemoterapi

Kemoterapi umumnya ada dua jenis, yaitu kemoterapi setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker dan sebelum operasi yang berguna mengecilkan tumor. Jenis dan kombinasi obat-obatan antikanker yang digunakan akan ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis kanker dan tingkat penyebarannya.
Efek samping kemoterapi umumnya akan memengaruhi sel-sel sehat. Karena itu, pencegahan atau pengendalian sebagian efek samping akan ditangani dengan obat-obatan lain oleh dokter. Beberapa efek samping dari kemoterapi meliputi hilangnya nafsu makan, mual, muntah, sariawan atau sensasi perih dalam mulut, rentan terhadap infeksi, kelelahan, serta rambut rontok.
Kemoterapi juga bisa menghambat produksi hormon estrogen tubuh. Penderita yang belum mengalami menopause akan mengalami menstruasi yang terhenti selama kemoterapi. Siklus ini seharusnya akan kembali setelah pengobatan selesai. Namun, menopause dini juga mungkin bisa terjadi pada wanita yang berusia di atas 40 tahun karena mereka mendekati usia rata-rata menopause.
Jika bagian tubuh lainnya sudah terkena penyebaran kanker payudara, kemoterapi tidak akan bisa menyembuhkan kanker. Tetapi kemoterapi dapat mengecilkan tumor, meringankan gejala-gejala, dan memperpanjang usia.

Langkah Radioterapi

Radioterapi adalah proses terapi untuk memusnahkan sisa-sisa sel-sel kanker dengan dosis radiasi yang terkendali. Proses ini biasanya diberikan sekitar satu bulan setelah operasi dan kemoterapi agar kondisi tubuh dapat pulih terlebih dulu. Tetapi tidak semua penderita kanker payudara membutuhkannya.
Sama seperti kemoterapi, prosedur ini juga memiliki efek samping, yaitu iritasi sehingga kulit payudara perih, merah, dan berair, warna kulit payudara menjadi lebih gelap, kelelahan berlebihan serta limfedema (kelebihan cairan yang muncul di lengan akibat tersumbatnya kelenjar getah bening di ketiak).

Terapi Hormon Untuk Mengatasi Kanker Payudara

Khusus untuk kanker payudara yang pertumbuhannya dipicu estrogen atau progesteron alami (kanker positif reseptor-hormon), terapi hormon digunakan untuk menurunkan tingkatan kanker atau menghambat efek hormon tersebut. Langkah ini juga kadang dilakukan sebelum operasi untuk mengecilkan tumor agar mudah diangkat, tapi umumnya diterapkan setelah operasi dan kemoterapi.
Jika kondisinya kurang sehat, penderita tidak akan bisa menjalani operasi, kemoterapi, atau radioterapi. Karena itu, terapi hormon dapat menjadi alternatif sebagai proses pengobatan tunggal.
Durasi terapi hormon yang umumnya dianjurkan adalah maksimal lima tahun setelah operasi. Jenis terapi yang akan dijalani tergantung kepada usia, apakah Anda sudah menopause atau belum, tingkat perkembangan kanker, jenis hormon yang memicu kanker, dan jenis pengobatan lain yang dijalani.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase adalah dua jenis obat yang biasanya digunakan dalam terapi hormon. Tamoksifen berfungsi untuk menghambat estrogen agar tidak mengikatkan diri pada sel-sel kanker.
Sedangkan penghambat enzim aromatase dianjurkan untuk penderita yang sudah mengalami menopause. Fungsinya adalah menghalangi kinerja aromatase, yaitu substansi yang membantu produksi estrogen dalam tubuh setelah menopause. Contoh obat ini dalam bentuk tablet yang tersedia dan diminum setiap hari adalah letrozol, eksemestan, dan anastrozol.
Tamoksifen dan penghambat enzim aromatase dapat menyebabkan beberapa efek samping yang mirip, antara lain sakit kepala, mual, muntah serta sensasi rasa panas, berkeringat, dan jantung berdebar (hot flushes). Tetapi, tamoksifen memiliki efek samping khusus, yaitu dapat menyebabkan perubahan siklus menstruasi pada penderita kanker payudara.

Langkah Ablasi Atau Supresi Ovarium

Ablasi atau supresi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium untuk memproduksi estrogen. Ablasi sendiri bisa dilakukan dengan operasi atau radioterapi. Ablasi ovarium akan menghentikan kinerja ovarium secara permanen dan memicu menopause dini.
Supresi ovarium menggunakan agonis luteinising hormone-releasing hormone (aLHRH) yang bernama goserelin. Pemakaian obat ini akan menghentikan menstruasi untuk sementara. Menstruasi akan kembali normal setelah proses pemakaian selesai. Bagi penderita berusia mendekati usia menopause atau sekitar 45 tahun, menstruasi mereka mungkin akan berhenti secara permanen meski pemakaian goserelin sudah selesai.
Suntikan goserelin diberikan sebulan sekali. Efek samping obat ini menyerupai masa menopause seperti perasaan yang emosional, kesulitan tidur dan sensasi panas yang disertai dengan jantung yang berdebar-debar.

Terapi Biologis Dengan Trastuzumab

Pertumbuhan sebagian jenis kanker payudara yang dipicu oleh protein HER2 (human epidermal growth factor receptor 2) disebut positif HER2. Selain menghentikan efek HER2, terapi biologis juga membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Jika tingkat protein HER2 Anda tinggi dan Anda mampu menjalani terapi biologis, trastuzumab mungkin akan dianjurkan oleh dokter untuk Anda setelah kemoterapi.
Antibodi berfungsi memusnahkan sel-sel berbahaya seperti virus dan bakteri. Protein ini diproduksi secara alami oleh sistem kekebalan tubuh. Trastuzumab adalah jenis terapi biologis yang dikenal sebagai antibodi monoklonal. Obat ini akan menghambat HER2 sehingga sel-sel kanker akan mati.
Terapi ini tidak cocok untuk penderita dengan penyakit jantung seperti angina, hipertensi, atau penyakit katup jantung. Jika memang diharuskan menggunakan trastuzumab, penderita harus menjalani pemeriksaan jantung secara rutin. Efek samping lain dari trastuzumab adalah mual, sakit kepala, diare, sesak napas, menggigil, demam, serta rasa nyeri.

 

Pencegahan Kanker Payudara

Pencegahan secara total untuk kanker payudara sulit diketahui karena penyebab kanker ini belum diketahui dengan pasti. Tetapi ada beberapa langkah yang dapat kita lakukan untuk menurunkan risiko kanker payudara.
Langkah utamanya adalah dengan menerapkan gaya hidup yang sehat. Misalnya mengurangi konsumsi makanan berlemak, menjaga berat badan yang sehat dan ideal, teratur berolahraga, serta membatasi konsumsi alkohol. Cara-cara tersebut tidak hanya bisa menurunkan risiko kanker payudara, tapi juga mencegah berbagai penyakit lain.
Selain gaya hidup, penelitian juga menunjukkan bahwa wanita yang pernah menyusui memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker payudara. Hal ini mungkin terjadi karena masa ovulasi mereka menjadi tidak rutin saat sedang menyusui sehingga tingkat estrogen tetap stabil.

Menghadang Kanker Payudara Secara Klinis

Ada beberapa penanganan untuk menurun risiko bagi wanita dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi dari rata-rata. Dua jenis penanganan utamanya akan dijelaskan lebih detail di bawah ini.
Penanganan dengan obat-obatan
Dua jenis obat yang tersedia untuk wanita dengan risiko tinggi terkena kanker payudara adalah tamoksifen dan raloksifen. Wanita yang sudah mengalami menopause dapat menggunakan kedua obat ini, sementara wanita yang belum menopause hanya dianjurkan untuk menggunakan tamoksifen. Jika Anda pernah atau memiliki risiko mengalami penggumpalan darah atau kanker rahim, kedua obat ini juga kemungkinan tidak cocok.
Bagi Anda yang ingin memiliki anak, dokter biasanya akan menganjurkan untuk berhenti meminum tamoksifen setidaknya dua bulan sebelum mencoba untuk hamil karena obat ini akan memengaruhi perkembangan janin. Tamoksifen juga dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah, jadi Anda sebaiknya berhenti meminumnya pada enam minggu sebelum operasi.
Mastektomi
Selain untuk menangani kanker payudara, mastektomi juga digunakan untuk menurunkan risiko kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi akibat riwayat keturunan. Operasi ini bisa menurunkan risiko kanker payudara hingga 90%, namun tetap memiliki risiko komplikasi.
Pengangkatan payudara juga mungkin dapat menurunkan kepercayaan diri pasien secara signifikan. Di samping operasi plastik, rekonstruksi payudara yang dilakukan bersamaan atau setelah mastektomi, Anda juga memiliki alternatif lain, yaitu payudara palsu yang dapat digunakan di dalam beha.

 

Pemeriksaan Kanker Payudara

Sejak tahun 2007, relawan Yappika (Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif dan Kemitraan Masyarakat Indonesia) menghimbau dan mengajari para wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Cara yang biasa disingkat SADARI ini merupakan salah satu langkah pencegahan kanker payudara.
Kematian akibat kanker payudara dapat dicegah lewat pemeriksaan. Jika kanker payudara terdeteksi pada stadium awal, peluang Anda untuk pulih total akan makin tinggi. Kemungkinan Anda membutuhkan mastektomi atau kemoterapi juga akan menurun.
Mamografi adalah jenis pemeriksaan yang paling sering dianjurkan bagi semua wanita untuk mendeteksi kanker payudara. Walau kanker payudara lebih jarang terjadi pada wanita di atas umur 70, mereka tetap bisa menjalani pemeriksaan mamografi sekali dalam 3-5 tahun. Jika Anda adalah seorang wanita berumur antara 50-70 tahun, Anda sebaiknya menjalani pemeriksaan mamografi sekali tiap tiga tahun. Begitu juga dengan wanita yang berusia di bawah 50 tahun, mereka disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin sekali tiap tiga tahun.
Khusus bagi wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara, misalnya karena ada keluarga inti yang mengidap kanker payudara atau ovarium, mereka sebaiknya menjalani MRI scan atau mamografi tahunan sebelum mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan MRI kadang menjadi pilihan karena hasilnya yang lebih akurat untuk mendeteksi kanker pada payudara yang padat.
Alternatif lain untuk mendeteksi kanker payudara adalah lewat pemeriksaan genetika. Anda dapat memilih untuk menjalani pemeriksaan genetika lewat tes darah untuk mencari variasi mutasi BRCA1, BRCA2, dan TP53. Memiliki salah satu gen ini dapat mempertinggi risiko kanker payudara.

Sabtu, 12 Desember 2015

PENYAKIT ASMA



Pengertian Asma
      Asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya sulit bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh. Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat dikendalikan dengan baik. Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang mengalami radang.



Sekilas mengenai gejala asma
      Ketika paru-paru seorang penderita teriritasi oleh sesuatu yang menjadi pemicu asma, saluran napasnya menjadi menyempit, otot-otot di sekitarnya menjadi mengencang, dan produksi dahak meningkat. Setelah itu timbullah beberapa gejala seperti dada yang terasa sesak, sulit bernapas, mengi, dan batuk-batuk.
      Serangan parah gejala-gejala tersebut dikenal sebagai serangan asma atau eksaserbasi asma akut. Penderita serangan asma bisa saja membutuhkan perawatan rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis, radang pada saluran napasnya yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.
      Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat dewasa. Namun gejala asma yang tergolong sedang atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.

Penderita asma di Indonesia
      Di Indonesia, seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan industri, maka asma makin menjadi perhatian, terlebih lagi dengan makin bertambahnya faktor-faktor pemicu. Peningkatan penyakit asma juga berkaitan erat dengan interior rumah, gaya hidup, pola makan, kebiasaan merokok, paparan alergen, serta polusi udara dari industri maupun kendaraan.
      Menurut data WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total kematian di Indonesia. Sekitar 1.1% populasi Indonesia menderita asma. Jadi, walau bisa tergolong penyakit yang jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar serangannya terkontrol dan tidak dibiarkan mencapai tahap yang membahayakan nyawa.

Sedikit mengenai penyebab asma
      Asma merupakan penyakit keturunan. Seseorang berpeluang besar terkena asma jika salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita asma. Meski begitu, penyebab dasar penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Faktor-faktor yang menjadi pemicu umum penyakit asma
      Pengertian pemicu di sini adalah segala sesuatu yang dapat mengiritasi saluran napas, yaitu apa pun yangnantinya mengarah kepada munculnya gejala asma. Pemicu umum asma pada tiap penderitanya berbeda-beda.
      Ada beberapa hal yang dapat menjadi pemicu umum asma, diantaranya bulu hewan, udara dingin, tungau debu, asap rokok, serbuk sari, infeksi paru-paru, dan olah raga. Beberapa aktivitas tertentu seperti pekerjaan juga dapat memperburuk asma. Hal ini diistilahkan sebagai ‘asma akibat kerja’ atau asma yang berhubungan dengan pekerjaan. Contohnya seperti pekerja bangunan yang terkena asma akibat sering terpapar debu atau pasir.

Sekilas mengenai diagnosis asma
      Dokter kemungkinan dapat menyimpulkan diagnosis jika Anda memiliki gejala asma yang khas. Dokter biasanya akan bertanya mengenai kapan dan seberapa sering Anda mengalami gejala tersebut, serta apakah Anda tahu mengenai sesuatu yang mungkin menjadi pemicunya. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk menguatkan diagnosis.

Langkah penanganan penyakit asma
      Untuk obat asma sendiri hingga saat ini belum ditemukan, namun ada sejumlah langkah penanganan yang dapat diterapkan guna membantu mengendalikan asma. Penanganan  tersebut didasarkan pada dua sasaran penting, yaitu meredakan gejalanya dan mencegah terjadinya serangan asma. Kedua sasaran tersebut juga melibatkan kombinasi obat-obatan, identifikasi dan penghindaran diri dari pemicu asma, serta nasihat pola hidup.

Hidup dengan asma
      Jika kebetulan Anda seorang pengidap asma atau orang yang hidup dengan asma, jangan khawatir atau cemas dengan penyakit Anda. Asma merupakan kondisi yang dapat dikendalikan asalkan Anda menerapkan disiplin, baik dalam hal penanganannya, maupun pencegahannya.
Beberapa langkah di bawah ini bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya serangan asma, diantaranya:
  • Mengenali dan menghindari pemicu asma.
  • Mengikuti rencana penanganan asma Anda yang dibuat bersama dokter.
  • Mengenali serangan asma dan mengobati secepatnya.
  • Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
  • Memonitor napas Anda.
  • Disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia untuk mencegah munculnya komplikasi akibat serangan asma.
  • Jika penggunaan inhaler pereda reaksi cepat makin meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali.
      Gejala asma berkisar dari yang ringan sampai parah. Gejala asma yang memburuk secara signifikan dikenal sebagai serangan asma. Ada beberapa gejala asma, diantaranya:
  • Batuk-batuk yang biasanya terjadi di malam hari dan di awal pagi hari.
  • Sulit bernapas yang membuat penderitanya megap-megap.
  • Dada yang terasa sesak.
  • Mengi, yaitu suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit.
  • Serangan asma yang dipicu oleh paparan alergen atau aktivitas fisik.
      Penderita bisa saja mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut. Gejala yang memburuk di malam hari atau ketika seseorang melakukan aktivitas fisik bisa mengindikasikan bahwa asma yang dideritanya makin parah dan tidak terkontrol. Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hal ini.
Serangan asma parah biasanya terjadi secara perlahan-lahan, meski sebagian kecil penderitanya mengalami gejala yang memburuk dengan cepat. Umumnya akan membutuhkan waktu 6-24 jam bagi kondisi asma biasa untuk berkembang menjadi asma parah.
      Selain sesak dada, sulit bernapas, dan mengi yang kian memburuk, tanda-tanda lain serangan asma parah adalah adanya penurunan arus puncak ekspirasi, sulit bicara (akibat sulit bernapas), gelisah, bibir dan kuku yang terlihat biru, denyut nadi meningkat, serta inhaler (obat hirup untuk asma) pereda yang tidak mempan lagi dalam mengatasi gejala.
      
      Penyebab pasti asma masih belum diketahui. Namun ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut, diantaranya:
  • Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
  • Memiliki riwayat keluarga berpenyakit asma atau alergi lainnya yang berkaitan (dikenal sebagai penyakit atopik) seperti alergi makanan, alergi terhadap serbuk sari dan eksim.
  • Terpapar asap rokok saat masih kecil, terutama jika ibu Anda merokok saat hamil.
  • Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
  • Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
  • Memiliki masalah kesehatan atopik lainnya seperti alergi makanan.

Faktor-faktor pemicu serangan asma
      Ada beberapa pemicu gejala asma, namun pemicu-pemicu tersebut berbeda-beda bagi tiap penderita. Jika sudah mengetahui apa pemicu asma Anda, cobalah untuk menghindarinya. Berikut ini adalah sejumlah pemicu asma:
  • Alergen, seperti bulu hewan, tungau debu, dan serbuk sari.
  • Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya disebabkan oleh virus flu dan demam.
  • Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat pereda sakit) seperti aspirin dan ibuprofen. Sebagai catatan, aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
  • Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
  • Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin,  cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
  • Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, udang, makanan olahan, makanan setengah matang, minuman sari buah kemasan, dan beberapa wine tertentu yang hanya memicu orang-orang yang rentan.
  • Olahraga (kadang-kadang gejala asma menjadi lebih buruk saat penderitanya melakukan olah raga).
  • Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, bahan lantai, bahan kimia karpet, dan tungau debu.
  • Faktor-faktor emosi seperti stres atau tertawa.
  • Alergi makanan tertentu yang disebut juga sebagai reaksi anafilaksis. Contohnya adalah penderita asma yang alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi anafilaksis dapat memicu serangan asma yang lebih buruk pada penderitanya.

Kondisi penderita saat terserang asma
      Saat gejala asma muncul (serangan asma), biasanya otot-otot di sekitar saluran pernapasan mengencang. Selain itu ada peningkatan peradangan (pembengkakan) pada lapisan saluran pernapasan dan meningkatnya produksi dahak yang makin menambah penyempitan pada saluran tersebut.
      Dengan menyempitnya bagian-bagian dari saluran pernapasan, maka udara akan lebih sulit mengalir sehingga penderitanya makin sulit bernapas. Keadaan ini biasanya disertai dengan munculnya suara mengi, meski tidak semua penderita asma mengalaminya. Bahkan dalam serangan asma yang mengancam jiwa sekali pun, bisa saja suara mengi tersebut tidak ada.
      Serangan asma tidak mengenal waktu dan bisa terjadi kapan saja. Namun sebelum itu terjadi, biasanya ada tanda-tanda peringatan beberapa hari sebelumnya. Tanda peringatan tersebut termasuk gejala yang memburuk (terutama di malam hari) dan penderita yang terus-menerus harus menggunakan inhaler (obat hirup untuk asma) pereda.
      Segera hubungi 118 untuk meminta bantuan ambulans jika Anda mengalami atau Anda melihat orang lain mengalami serangan asma buruk sehingga sulit bernapas. Dokter kemungkinan dapat menyimpulkan diagnosis jika Anda memiliki gejala asma yang khas. Dokter biasanya akan bertanya mengenai kapan dan seberapa sering Anda mengalami gejala tersebut, serta apakah Anda tahu mengenai sesuatu yang mungkin menjadi pemicunya. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk menguatkan diagnosis.
Tes spirometri untuk memeriksa kondisi paru-paru
      Untuk mengukur seberapa baik paru-paru Anda bekerja, dilakukanlah sebuah tes pernapasan yang disebut spirometri. Melalui tes ini, Anda akan diminta untuk bernapas ke dalam mesin yang disebut spirometer.
       Ada dua pengukuran yang yang dilakukan oleh mesin spirometer, yaitu volume udara yang dapat Anda hembuskan dalam satu detik (disebut juga sebagai volume ekspirasi paksa dalam satu detik atau FEV 1) dan jumlah total udara yang Anda hembuskan (disebut juga sebagai kapasitas vital paksa atau FVC). Biasanya Anda diminta untuk bernapas beberapa kali di dalam mesin tersebut guna mendapatkan data yang konsisten.
      Untuk mengetahui apakah saluran pernapasan Anda terhambat, data yang didapat kemudian dibandingkan dengan pengukuran rata-rata untuk orang-orang seusia Anda.
Kadang-kadang pengukuran awal dilakukan terlebih dahulu. Setelah itu dokter akan memberikan Anda obat untuk membuka saluran pernapasan Anda (inhaler pereda) agar tahu apakah obat tersebut dapat memulihkan napas Anda. Setelah itu pengambilan data kembali dilakukan. Jika hasilnya lebih tinggi setelah Anda diberikan obat, maka data tersebut dapat memperkuat diagnosis.

Tes kadar arus ekspirasi puncak untuk mengukur tingkat hembusan udara
      Untuk mengukur seberapa cepat Anda bisa menghembuskan udara dari paru-paru dalam sekali napas, dokter bisa juga menggunakan sebuah alat yang dinamakan peak flow meter (PFM). Tes ini biasanya dinamakan peak flow test atau tes arus puncak guna mendapatkan data mengenai kadar atau tingkat arus ekspirasi puncak (PEFR).
      Dokter biasanya menyarankan Anda untuk membeli sebuah PFM untuk digunakan di rumah, serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Anda biasanya disarankan juga untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter bisa tahu kapan asma Anda memburuk.

Tes-tes diagnosis asma yang lainnya
      Beberapa tes asma lainnya mungkin dibutuhkan beberapa orang, seperti tes untuk mengukur responsivitas saluran napas, tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas, serta tes alergi. Tes-tes tersebut dapat menguatkan diagnosis asma atau membantu mendiagnosis penyakit-penyakit lainnya. Tentu saja hasilnya akan memudahkan Anda dan dokter dalam membuat rencana pengobatan.

Tes responsivitas saluran napas melalui tantangan mannitol
      Tes ini digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan Anda bereaksi ketika terpapar pemicunya. Biasanya Anda akan diminta untuk menjalani tes tantangan mannitol, di mana Anda diminta untuk menghirup serbuk kering yang jumlahnya bisa ditingkatkan seiring tes ini berlangsung. Dengan begitu, tes ini dengan sengaja memicu gejala asma dan menyebabkan saluran pernapasan menjadi menyempit. Pada anak-anak, selain bubuk kering mannitol, media pemicu asma yang juga bisa dipakai adalah olah raga.
      Anda kemudian diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spriometer untuk mengukur seberapa besar FEV1 dan FVC Anda berubah setelah terkena pemicu. Jika dalam pengukuran terjadi penurunan drastis, maka kemungkinan Anda mengidap asma.

Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas
  • Konsentrasi oksida nitrat. Dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika Anda bernapas. Jika kadar oksida nitrat tersebut tinggi, maka mungkin itu merupakan tanda-tanda peradangan pada saluran napas.
  • Sampel dahak. Dokter biasanya akan mengambil sampel dahak Anda untuk mengecek apakah paru-paru Anda mengalami radang.

Tes alergi dengan pemeriksaan darah atau kulit
      Untuk mengetahui apakah gejala asma Anda disebabkan oleh alergi, seperti alergi pada makanan, tungau debu, atau serbuk sari, biasanya dokter akan melakukan tes darah atau tes kulit.

Asma yang diakibatkan oleh pekerjaan
      Jika Anda merasakan bahwa gejala yang Anda alami pulih ketika Anda sedang tidak bekerja atau cuti, kemungkinan Anda mengidap ”asma akibat pekerjaan”. Jenis asma ini dapat didiagnosis jika Anda bekerja pada bidang atau industri yang di dalamnya terdapat risiko tinggi asma, seperti:
  • Perawat
  • Penyemprot cat
  • Pekerja kimia
  • Tukang las
  • Pengurus hewan
  • Pembuat kue atau roti
  • Pekerja kayu
  • Pekerja pengolahan makanan
      Untuk memudahkan diagnosis asma akibat pekerjaan, biasanya dokter akan meminta Anda melakukan tes aliran ekspirasi puncak (PEFR) dengan menggunakan peak flow meter (PFM), baik di tempat Anda bekerja maupun di luarnya.
      Melalui tes ini, dokter bisa melihat apakah Anda terjangkit asma akibat pekerjaan akibat alergi atau sensitif terhadap zat-zat tertentu. Selanjutnya dokter kemungkinan akan merujuk Anda ke dokter spesialis untuk menguatkan hasil diagnosisnya.
      Mengendalikan asma dalam jangka panjang adalah tujuan utama dalam pengobatannya. Tiap penderita asma harus dapat menjalani kehidupan secara utuh tanpa dibatasi oleh penyakitnya tersebut. Bagi sebagian besar penderita, pengobatan yang tersedia terbukti efektif dan memungkinkan mereka terbebas dari gejala asma.

Penanganan asma yang baik
      Dokter akan menyesuaikan pengobatan dengan gejala asma Anda. Kadang-kadang Anda membutuhkan tingkat pengobatan yang lebih tinggi pada jangka waktu tertentu. Dalam penanganan yang baik, pasien juga diberikan pemeriksaan rutin untuk memastikan asmanya berada dalam kendali dan pengobatannya cocok. Peninjauan ini dilakukan minimal sekali dalam setahun.
      Sebagai bagian dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa dokter atau apoteker mengajari Anda tentang cara menggunakan inhaler (obat hirup untuk asma) dengan benar.

Rencana penanganan asma
      Informasi mengenai obat-obatan asma Anda harus disertakan dalam rencana penanganan asma. Rencana penanganan ini juga bisa membantu Anda mengetahui kapan gejala bisa memburuk dan langkah apa yang harus diambil. Anda juga biasanya akan diberikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan jika terserang asma.
      Setidaknya sekali dalam setahun, rencana penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang bersama dokter. Bahkan peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika gejala asma Anda parah.
Anda mungkin akan disarankan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat pengukur aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari pengobatan. Dengan cara ini Anda dapat memonitor asma Anda sendiri.

Obat-obatan asma yang disarankan

Mengatasi asma dengan inhaler
      Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.

Spacer sebagai pelengkap inhaler
      Spacer merupakan wadah yang terbuat dari logam atau plastik, yang dilengkapi dengan corong hisap di salah satu ujungnya, dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariwan di mulut atau tenggorokan, akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
      Saat ditekan, beberapa inhaler memancarkan aerosol jet. Namun aerosol jet ini kinerjanya bisa lebih baik jika diberikan melalui spacer. Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan, bahkan pada mereka telah berhasil menggunakan inhaler sekali pun.

Inhaler jenis pereda
      Sesuai namanya, inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat. Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih mudah. Umumnya inhaler pereda berwarna biru dan diberikan pada tiap pengidap asma.
      Contoh obat-obatan pereda adalah terbutaline dan salbutamol. Obat-obatan ini memiliki efek samping yang sedikit dan umumnya aman digunakan jika tidak berlebihan. Namun obat-obatan tersebut biasanya jarang digunakan jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, penanganannya secara keseluruhan perlu ditinjau ulang.

Inhaler jenis pencegah
      Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi jumlah peradangan dan “kejang-kejang” yang terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara utuh.
      Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan. Inhaler pencegah biasanya mengandung obat yang disebut kortikosteroid inhalasi. Merokok adalah hal yang harus dijauhi karena dapat menurunkan kinerja inhaler pencegah.
      Contoh obat-obatan pencegah asma diantaranya adalah budesonide, beclometasone, mometasone, dan fluticasone. Biasanya inhaler pencegah berwarna oranye, merah, atau cokelat.
Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika Anda:
  • Mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu.
  • Harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu.
  • Terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma.
      Kendati begitu, kadang-kadang kortikosteroid inhalasi dapat menyebabkan terjadinya oral thrush atau infeksi jamur pada dinding mulut. Karena itu tiap selesai menghirup obat ini, pasien disarankan untuk berkumur-kumur dengan air hingga bersih.

Berbagai terapi obat–obatan lainnya

Mengatasi asma dengan inhaler pereda reaksi lambat
      Jika asma tidak kunjung mereda oleh pengobatan sebelumnya, dokter bisa meningkatkan dosis inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak juga dapat mengendalikan gejala asma, biasanya dokter akan memberikan pasien tambahan obat yang disebut long-acting reliever atau obat pereda asma reaksi lambat (long-acting bronchodilator/long-acting beta2-agonist atau LABA).
      Alternatif lainnya adalah pasien akan diberikan inhaler kombinasi atau inhaler yang dikombinasikan dengan steroid inhalasi dan bronkodilator reaksi lambat dalam satu perangkat. Khasiatnya sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya saja kinerjanya butuh waktu yang lebih lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam. Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah salmeterol dan formoterol.
      Selalu kombinasikan inhaler pereda reaksi lambat dengan inhaler pencegah dan jangan pernah menggunakannya sendiri. Penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan inhaler pereda reaksi lambat sendiri dapat meningkatkan risiko serangan asma, bahkan kematian. Contoh kombinasi inhaler adalah Seretide, Symbicort, dan Fostair. Biasanya masing-masing berwarna ungu, merah, dan merah tua.
Obat-obatan pencegah lainnya
      Dokter biasanya akan menyarankan Anda mencoba obat-obatan pencegah tambahan, jika asma masih belum berhasil dikontrol. Dua obat yang mungkin digunakan adalah:
  • Theophylline, yaitu tablet yang membantu melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya.
  • Leukotriene receptor antagonist (montelukast), yaitu tablet yang menghambat bagian dari reaksi kimia yang menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan.
      Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis pernapasan. Namun penggunaan steroid oral secara jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang serius. Oleh karena itu cara pengobatan ini hanya dianjurkan jika si pasien telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun belum berhasil.

Penggunaan steroid oral secara sesekali
      Sebagian besar orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama satu hingga dua minggu. Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah asma dapat dikendalikan.

Omalizumab sebagai obat baru
      Omalizumab merupakan obat-obatan kategori baru. Obat ini dikenal juga sebagai Xolair. Obat ini mengikat ke salah satu protein yang terlibat dalam responsimun dan mengurangi kadarnya dalam darah. Dengan kata lain, obat ini menurunkan peluang terjadinya reaksi imun atau peradangan.
Pada umumnya, omalizumab direkomendasikan untuk penderita yang sangat sering mengalami serangan asma dan memerlukan penanganan gawat darurat atau rawat inap di rumah sakit.
Sebagai obat yang biasanya hanya diresepkan oleh dokter spesialis, omalizumab diberikan dengan cara disuntikan tiap dua hingga empat minggu sekali. Penggunaan omalizumab harus dihentikan jika obat ini tidak berhasil mengendalikan asma dalam kurun waktu enam belas minggu.

Prosedur pengobatan bronchial thermoplasty
      Bronchial thermoplasty adalah prosedur pengobatan asma baru yang masih terus diteliti dan belum tersedia di Indoesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini digunakan untuk mengobati asma parah dengan cara mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan.
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan memperbaiki kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu, keuntungan maupun kerugian secara jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui.

Efek samping dari berbagai pengobatan

Efek samping inhaler pereda dan pencegah
      Selama penggunaannya tidak melebihi dosis, inhaler pereda merupakan pengobatan yang aman yang tidak memiliki banyak efek samping. Efek samping yang umum dari pengobatan ini diantaranya adalah sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Namun gejala-gejala ini biasanya hanya terjadi pada penggunaan inhaler pereda dalam dosis tinggi dan hanya berlangsung selama beberapa menit.
      Sedangkan untuk inhaler pencegah, pengobatan ini sangat aman pada dosis reguler, meski pada dosis tinggi dapat menyebabkan beberapa efek samping, terutama dalam penggunaan jangka panjang. Efek samping utama dari inhaler pencegah adalah infeksi jamur di dalam mulut atau tenggorokan yang disebut juga sebagai kandidiasis oral. Suara Anda juga mungkin akan serak. Namun efek samping ini bisa dicegah jika Anda menggunakan spacer. Selain itu, dianjurkan untuk berkumur dengan air bersih setelah menggunakan inhaler pencegah.
      Dokter biasanya akan menjelaskan mengenai pengobatan apa yang sesuai dengan asma Anda beserta dengan efek sampingnya, seperti menjelaskan mengenai cara untuk meminimalisasi efek samping tersebut.

Efek samping dari obat-obatan tambahan
      Efek samping dari penggunaan inhaler pereda reaksi lambat mungkin sama dengan inhaler pereda reaksi cepat, yaitu sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Dokter biasanya akan menjelaskan pada Anda mengenai manfaat dan risiko dari pengobatan tersebut. Biasanya Anda akan dipantau diawal pengobatan dan ditinjau ulang secara rutin. Jika penggunaan inhaler pereda reaksi lambat tidak kunjung meredakan asma Anda, hentikanlah secepatnya.
      Pada beberapa orang, tablet theophylline diketahui menyebabkan efek samping, seperti mual, sakit kepala, muntah, insomnia, gangguan perut, dan cepat marah. Namun hal ini biasanya dapat dihindari dengan penyesuaian dosis.
      Leukotriene receptor antagonist umumnya tidak menimbulkan efek samping, meski ada sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa obat ini bisa menyebabkan penderita asma yang mengonsumsinya mengalami sakit kepala, gangguan perut, dan merasa haus.

Efek samping dari steroid
      Steroid dapat menimbulkan efek samping jika dikonsumsi lebih dari tiga bulan atau sering (tiga hingga empat rangkaian pengobatan dalam setahun). Efek sampingnya meliputi:
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi
  • Kenaikan berat badan
  • Tulang menjadi keropos
  • Kelemahan otot
  • Penipisan kulit
  • Mudah memar
  • Katarak dan glaukoma
      Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisasi risiko dalam penggunaan steroid oral, diantaranya dengan rutin berolah raga, tidak merokok, dan mengonsumsi makanan sehat dengan kadar kalsium tinggi. Sebaiknya Anda juga rutin memeriksakan diri agar terhindar dari oeteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Asma akibat pekerjaan
      Jika Anda diduga mengidap asma dikarenakan pekerjaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk memastikan diagnosis. Informasikan diagnosis Anda pada perusahaan, serta pada petugas kesehatan dan keamanan perusahaan di bagian layanan kesehatan kerja.
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melindungi Anda dari penyebab asma. Dan jika memang memungkinkan, perusahaan mengganti bahan-bahan yang mengandung zat pemicu asma dengan bahan-bahan yang lebih aman. Sejumlah langkah dapat diambil untuk meminimalisasi dampak pemicu asma di lingkungan kerja. Mintalah pada perusahaan untuk memindahkan Anda ke bagian lain sesegera mungkin. Jika tidak bisa, sebaiknya Anda pertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru.

Penanggulangan serangan asma
      Melalui rencana penanganan asma, Anda akan dapat mengetahui gejala awal asma, cara menanggulanginya, dan mengetahui kapan harus memeriksakan diri ke dokter.
Biasanya serangan asma ditangani dengan pemberian obat-obatan pereda sebanyak satu atau beberapa dosis. Jika gejala serangan asma memburuk, Anda mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit. Di rumah sakit, Anda akan diberikan oksigen dan obat pereda asma yang dikombinasikan dengan obat-obatan pencegah agar asma Anda bisa terkendali kembali.
      Setelah terjadi serangan asma, rencana penanganan Anda harus ditinjau ulang bersama dokter. Tujuannya adalah agar Anda maupun dokter dapat mengetahui penyebab serangan asma Anda tersebut, serta tidak terulang di masa mendatang.

Terapi-terapi pelengkap untuk mengobati asma
      Beberapa terapi pelengkap yang disarankan untuk mengobati asma, antara lain:
  • Akupunktur
  • Obat tradisional China
  • Latihan pernapasan
  • Homeopati
  • Suplemen makanan
  • Teknik Alexander, yaitu program latihan yang dirancang untuk mengubah cara Anda menggerakkan tubuh
  • Ionizer, yaitu sebuah alat yang dapat membersihkan molekul udara dengan menggunakan arus listrik
      Kecil kemungkinan dari bentuk penanganan di atas dapat memberikan hasil yang efektif, kecuali latihan pernapasan. Ada bukti yang cukup kuat bahwa latihan pernapasan, seperti yoga, metode Buteyko (teknik mengenai pernapasan dangkal), dan teknik pernapasan yang diajarkan fisioterapis, dapat mengurangi gejala asma serta kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang.