Sabtu, 12 Desember 2015

PENYAKIT ASMA



Pengertian Asma
      Asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya sulit bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh. Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat dikendalikan dengan baik. Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang mengalami radang.



Sekilas mengenai gejala asma
      Ketika paru-paru seorang penderita teriritasi oleh sesuatu yang menjadi pemicu asma, saluran napasnya menjadi menyempit, otot-otot di sekitarnya menjadi mengencang, dan produksi dahak meningkat. Setelah itu timbullah beberapa gejala seperti dada yang terasa sesak, sulit bernapas, mengi, dan batuk-batuk.
      Serangan parah gejala-gejala tersebut dikenal sebagai serangan asma atau eksaserbasi asma akut. Penderita serangan asma bisa saja membutuhkan perawatan rumah sakit. Meski jarang terjadi, serangan asma bisa membahayakan nyawa. Bagi penderita asma kronis, radang pada saluran napasnya yang sudah berlangsung lama dan berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.
      Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat dewasa. Namun gejala asma yang tergolong sedang atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.

Penderita asma di Indonesia
      Di Indonesia, seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan industri, maka asma makin menjadi perhatian, terlebih lagi dengan makin bertambahnya faktor-faktor pemicu. Peningkatan penyakit asma juga berkaitan erat dengan interior rumah, gaya hidup, pola makan, kebiasaan merokok, paparan alergen, serta polusi udara dari industri maupun kendaraan.
      Menurut data WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total kematian di Indonesia. Sekitar 1.1% populasi Indonesia menderita asma. Jadi, walau bisa tergolong penyakit yang jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar serangannya terkontrol dan tidak dibiarkan mencapai tahap yang membahayakan nyawa.

Sedikit mengenai penyebab asma
      Asma merupakan penyakit keturunan. Seseorang berpeluang besar terkena asma jika salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita asma. Meski begitu, penyebab dasar penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Faktor-faktor yang menjadi pemicu umum penyakit asma
      Pengertian pemicu di sini adalah segala sesuatu yang dapat mengiritasi saluran napas, yaitu apa pun yangnantinya mengarah kepada munculnya gejala asma. Pemicu umum asma pada tiap penderitanya berbeda-beda.
      Ada beberapa hal yang dapat menjadi pemicu umum asma, diantaranya bulu hewan, udara dingin, tungau debu, asap rokok, serbuk sari, infeksi paru-paru, dan olah raga. Beberapa aktivitas tertentu seperti pekerjaan juga dapat memperburuk asma. Hal ini diistilahkan sebagai ‘asma akibat kerja’ atau asma yang berhubungan dengan pekerjaan. Contohnya seperti pekerja bangunan yang terkena asma akibat sering terpapar debu atau pasir.

Sekilas mengenai diagnosis asma
      Dokter kemungkinan dapat menyimpulkan diagnosis jika Anda memiliki gejala asma yang khas. Dokter biasanya akan bertanya mengenai kapan dan seberapa sering Anda mengalami gejala tersebut, serta apakah Anda tahu mengenai sesuatu yang mungkin menjadi pemicunya. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk menguatkan diagnosis.

Langkah penanganan penyakit asma
      Untuk obat asma sendiri hingga saat ini belum ditemukan, namun ada sejumlah langkah penanganan yang dapat diterapkan guna membantu mengendalikan asma. Penanganan  tersebut didasarkan pada dua sasaran penting, yaitu meredakan gejalanya dan mencegah terjadinya serangan asma. Kedua sasaran tersebut juga melibatkan kombinasi obat-obatan, identifikasi dan penghindaran diri dari pemicu asma, serta nasihat pola hidup.

Hidup dengan asma
      Jika kebetulan Anda seorang pengidap asma atau orang yang hidup dengan asma, jangan khawatir atau cemas dengan penyakit Anda. Asma merupakan kondisi yang dapat dikendalikan asalkan Anda menerapkan disiplin, baik dalam hal penanganannya, maupun pencegahannya.
Beberapa langkah di bawah ini bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya serangan asma, diantaranya:
  • Mengenali dan menghindari pemicu asma.
  • Mengikuti rencana penanganan asma Anda yang dibuat bersama dokter.
  • Mengenali serangan asma dan mengobati secepatnya.
  • Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
  • Memonitor napas Anda.
  • Disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia untuk mencegah munculnya komplikasi akibat serangan asma.
  • Jika penggunaan inhaler pereda reaksi cepat makin meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali.
      Gejala asma berkisar dari yang ringan sampai parah. Gejala asma yang memburuk secara signifikan dikenal sebagai serangan asma. Ada beberapa gejala asma, diantaranya:
  • Batuk-batuk yang biasanya terjadi di malam hari dan di awal pagi hari.
  • Sulit bernapas yang membuat penderitanya megap-megap.
  • Dada yang terasa sesak.
  • Mengi, yaitu suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit.
  • Serangan asma yang dipicu oleh paparan alergen atau aktivitas fisik.
      Penderita bisa saja mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut. Gejala yang memburuk di malam hari atau ketika seseorang melakukan aktivitas fisik bisa mengindikasikan bahwa asma yang dideritanya makin parah dan tidak terkontrol. Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hal ini.
Serangan asma parah biasanya terjadi secara perlahan-lahan, meski sebagian kecil penderitanya mengalami gejala yang memburuk dengan cepat. Umumnya akan membutuhkan waktu 6-24 jam bagi kondisi asma biasa untuk berkembang menjadi asma parah.
      Selain sesak dada, sulit bernapas, dan mengi yang kian memburuk, tanda-tanda lain serangan asma parah adalah adanya penurunan arus puncak ekspirasi, sulit bicara (akibat sulit bernapas), gelisah, bibir dan kuku yang terlihat biru, denyut nadi meningkat, serta inhaler (obat hirup untuk asma) pereda yang tidak mempan lagi dalam mengatasi gejala.
      
      Penyebab pasti asma masih belum diketahui. Namun ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut, diantaranya:
  • Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
  • Memiliki riwayat keluarga berpenyakit asma atau alergi lainnya yang berkaitan (dikenal sebagai penyakit atopik) seperti alergi makanan, alergi terhadap serbuk sari dan eksim.
  • Terpapar asap rokok saat masih kecil, terutama jika ibu Anda merokok saat hamil.
  • Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
  • Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
  • Memiliki masalah kesehatan atopik lainnya seperti alergi makanan.

Faktor-faktor pemicu serangan asma
      Ada beberapa pemicu gejala asma, namun pemicu-pemicu tersebut berbeda-beda bagi tiap penderita. Jika sudah mengetahui apa pemicu asma Anda, cobalah untuk menghindarinya. Berikut ini adalah sejumlah pemicu asma:
  • Alergen, seperti bulu hewan, tungau debu, dan serbuk sari.
  • Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya disebabkan oleh virus flu dan demam.
  • Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat pereda sakit) seperti aspirin dan ibuprofen. Sebagai catatan, aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
  • Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
  • Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin,  cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
  • Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, udang, makanan olahan, makanan setengah matang, minuman sari buah kemasan, dan beberapa wine tertentu yang hanya memicu orang-orang yang rentan.
  • Olahraga (kadang-kadang gejala asma menjadi lebih buruk saat penderitanya melakukan olah raga).
  • Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, bahan lantai, bahan kimia karpet, dan tungau debu.
  • Faktor-faktor emosi seperti stres atau tertawa.
  • Alergi makanan tertentu yang disebut juga sebagai reaksi anafilaksis. Contohnya adalah penderita asma yang alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi anafilaksis dapat memicu serangan asma yang lebih buruk pada penderitanya.

Kondisi penderita saat terserang asma
      Saat gejala asma muncul (serangan asma), biasanya otot-otot di sekitar saluran pernapasan mengencang. Selain itu ada peningkatan peradangan (pembengkakan) pada lapisan saluran pernapasan dan meningkatnya produksi dahak yang makin menambah penyempitan pada saluran tersebut.
      Dengan menyempitnya bagian-bagian dari saluran pernapasan, maka udara akan lebih sulit mengalir sehingga penderitanya makin sulit bernapas. Keadaan ini biasanya disertai dengan munculnya suara mengi, meski tidak semua penderita asma mengalaminya. Bahkan dalam serangan asma yang mengancam jiwa sekali pun, bisa saja suara mengi tersebut tidak ada.
      Serangan asma tidak mengenal waktu dan bisa terjadi kapan saja. Namun sebelum itu terjadi, biasanya ada tanda-tanda peringatan beberapa hari sebelumnya. Tanda peringatan tersebut termasuk gejala yang memburuk (terutama di malam hari) dan penderita yang terus-menerus harus menggunakan inhaler (obat hirup untuk asma) pereda.
      Segera hubungi 118 untuk meminta bantuan ambulans jika Anda mengalami atau Anda melihat orang lain mengalami serangan asma buruk sehingga sulit bernapas. Dokter kemungkinan dapat menyimpulkan diagnosis jika Anda memiliki gejala asma yang khas. Dokter biasanya akan bertanya mengenai kapan dan seberapa sering Anda mengalami gejala tersebut, serta apakah Anda tahu mengenai sesuatu yang mungkin menjadi pemicunya. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk menguatkan diagnosis.
Tes spirometri untuk memeriksa kondisi paru-paru
      Untuk mengukur seberapa baik paru-paru Anda bekerja, dilakukanlah sebuah tes pernapasan yang disebut spirometri. Melalui tes ini, Anda akan diminta untuk bernapas ke dalam mesin yang disebut spirometer.
       Ada dua pengukuran yang yang dilakukan oleh mesin spirometer, yaitu volume udara yang dapat Anda hembuskan dalam satu detik (disebut juga sebagai volume ekspirasi paksa dalam satu detik atau FEV 1) dan jumlah total udara yang Anda hembuskan (disebut juga sebagai kapasitas vital paksa atau FVC). Biasanya Anda diminta untuk bernapas beberapa kali di dalam mesin tersebut guna mendapatkan data yang konsisten.
      Untuk mengetahui apakah saluran pernapasan Anda terhambat, data yang didapat kemudian dibandingkan dengan pengukuran rata-rata untuk orang-orang seusia Anda.
Kadang-kadang pengukuran awal dilakukan terlebih dahulu. Setelah itu dokter akan memberikan Anda obat untuk membuka saluran pernapasan Anda (inhaler pereda) agar tahu apakah obat tersebut dapat memulihkan napas Anda. Setelah itu pengambilan data kembali dilakukan. Jika hasilnya lebih tinggi setelah Anda diberikan obat, maka data tersebut dapat memperkuat diagnosis.

Tes kadar arus ekspirasi puncak untuk mengukur tingkat hembusan udara
      Untuk mengukur seberapa cepat Anda bisa menghembuskan udara dari paru-paru dalam sekali napas, dokter bisa juga menggunakan sebuah alat yang dinamakan peak flow meter (PFM). Tes ini biasanya dinamakan peak flow test atau tes arus puncak guna mendapatkan data mengenai kadar atau tingkat arus ekspirasi puncak (PEFR).
      Dokter biasanya menyarankan Anda untuk membeli sebuah PFM untuk digunakan di rumah, serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Anda biasanya disarankan juga untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter bisa tahu kapan asma Anda memburuk.

Tes-tes diagnosis asma yang lainnya
      Beberapa tes asma lainnya mungkin dibutuhkan beberapa orang, seperti tes untuk mengukur responsivitas saluran napas, tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas, serta tes alergi. Tes-tes tersebut dapat menguatkan diagnosis asma atau membantu mendiagnosis penyakit-penyakit lainnya. Tentu saja hasilnya akan memudahkan Anda dan dokter dalam membuat rencana pengobatan.

Tes responsivitas saluran napas melalui tantangan mannitol
      Tes ini digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan Anda bereaksi ketika terpapar pemicunya. Biasanya Anda akan diminta untuk menjalani tes tantangan mannitol, di mana Anda diminta untuk menghirup serbuk kering yang jumlahnya bisa ditingkatkan seiring tes ini berlangsung. Dengan begitu, tes ini dengan sengaja memicu gejala asma dan menyebabkan saluran pernapasan menjadi menyempit. Pada anak-anak, selain bubuk kering mannitol, media pemicu asma yang juga bisa dipakai adalah olah raga.
      Anda kemudian diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spriometer untuk mengukur seberapa besar FEV1 dan FVC Anda berubah setelah terkena pemicu. Jika dalam pengukuran terjadi penurunan drastis, maka kemungkinan Anda mengidap asma.

Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas
  • Konsentrasi oksida nitrat. Dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika Anda bernapas. Jika kadar oksida nitrat tersebut tinggi, maka mungkin itu merupakan tanda-tanda peradangan pada saluran napas.
  • Sampel dahak. Dokter biasanya akan mengambil sampel dahak Anda untuk mengecek apakah paru-paru Anda mengalami radang.

Tes alergi dengan pemeriksaan darah atau kulit
      Untuk mengetahui apakah gejala asma Anda disebabkan oleh alergi, seperti alergi pada makanan, tungau debu, atau serbuk sari, biasanya dokter akan melakukan tes darah atau tes kulit.

Asma yang diakibatkan oleh pekerjaan
      Jika Anda merasakan bahwa gejala yang Anda alami pulih ketika Anda sedang tidak bekerja atau cuti, kemungkinan Anda mengidap ”asma akibat pekerjaan”. Jenis asma ini dapat didiagnosis jika Anda bekerja pada bidang atau industri yang di dalamnya terdapat risiko tinggi asma, seperti:
  • Perawat
  • Penyemprot cat
  • Pekerja kimia
  • Tukang las
  • Pengurus hewan
  • Pembuat kue atau roti
  • Pekerja kayu
  • Pekerja pengolahan makanan
      Untuk memudahkan diagnosis asma akibat pekerjaan, biasanya dokter akan meminta Anda melakukan tes aliran ekspirasi puncak (PEFR) dengan menggunakan peak flow meter (PFM), baik di tempat Anda bekerja maupun di luarnya.
      Melalui tes ini, dokter bisa melihat apakah Anda terjangkit asma akibat pekerjaan akibat alergi atau sensitif terhadap zat-zat tertentu. Selanjutnya dokter kemungkinan akan merujuk Anda ke dokter spesialis untuk menguatkan hasil diagnosisnya.
      Mengendalikan asma dalam jangka panjang adalah tujuan utama dalam pengobatannya. Tiap penderita asma harus dapat menjalani kehidupan secara utuh tanpa dibatasi oleh penyakitnya tersebut. Bagi sebagian besar penderita, pengobatan yang tersedia terbukti efektif dan memungkinkan mereka terbebas dari gejala asma.

Penanganan asma yang baik
      Dokter akan menyesuaikan pengobatan dengan gejala asma Anda. Kadang-kadang Anda membutuhkan tingkat pengobatan yang lebih tinggi pada jangka waktu tertentu. Dalam penanganan yang baik, pasien juga diberikan pemeriksaan rutin untuk memastikan asmanya berada dalam kendali dan pengobatannya cocok. Peninjauan ini dilakukan minimal sekali dalam setahun.
      Sebagai bagian dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa dokter atau apoteker mengajari Anda tentang cara menggunakan inhaler (obat hirup untuk asma) dengan benar.

Rencana penanganan asma
      Informasi mengenai obat-obatan asma Anda harus disertakan dalam rencana penanganan asma. Rencana penanganan ini juga bisa membantu Anda mengetahui kapan gejala bisa memburuk dan langkah apa yang harus diambil. Anda juga biasanya akan diberikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan jika terserang asma.
      Setidaknya sekali dalam setahun, rencana penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang bersama dokter. Bahkan peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika gejala asma Anda parah.
Anda mungkin akan disarankan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat pengukur aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari pengobatan. Dengan cara ini Anda dapat memonitor asma Anda sendiri.

Obat-obatan asma yang disarankan

Mengatasi asma dengan inhaler
      Biasanya obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter akan mengajari Anda cara menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam setahun.

Spacer sebagai pelengkap inhaler
      Spacer merupakan wadah yang terbuat dari logam atau plastik, yang dilengkapi dengan corong hisap di salah satu ujungnya, dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat inhaler ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariwan di mulut atau tenggorokan, akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
      Saat ditekan, beberapa inhaler memancarkan aerosol jet. Namun aerosol jet ini kinerjanya bisa lebih baik jika diberikan melalui spacer. Spacer mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah memakai spacer ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer sering disarankan, bahkan pada mereka telah berhasil menggunakan inhaler sekali pun.

Inhaler jenis pereda
      Sesuai namanya, inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan cepat saat serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist yang memiliki reaksi cepat. Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan lebih mudah. Umumnya inhaler pereda berwarna biru dan diberikan pada tiap pengidap asma.
      Contoh obat-obatan pereda adalah terbutaline dan salbutamol. Obat-obatan ini memiliki efek samping yang sedikit dan umumnya aman digunakan jika tidak berlebihan. Namun obat-obatan tersebut biasanya jarang digunakan jika asma sudah terkendali dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih dari tiga kali dalam seminggu, penanganannya secara keseluruhan perlu ditinjau ulang.

Inhaler jenis pencegah
      Selain dapat mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat mengurangi jumlah peradangan dan “kejang-kejang” yang terjadi di dalam saluran napas. Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara utuh.
      Anda juga mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat serangan asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda tersebut, maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan. Inhaler pencegah biasanya mengandung obat yang disebut kortikosteroid inhalasi. Merokok adalah hal yang harus dijauhi karena dapat menurunkan kinerja inhaler pencegah.
      Contoh obat-obatan pencegah asma diantaranya adalah budesonide, beclometasone, mometasone, dan fluticasone. Biasanya inhaler pencegah berwarna oranye, merah, atau cokelat.
Umumnya pengobatan pencegah disarankan jika Anda:
  • Mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu.
  • Harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu.
  • Terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma.
      Kendati begitu, kadang-kadang kortikosteroid inhalasi dapat menyebabkan terjadinya oral thrush atau infeksi jamur pada dinding mulut. Karena itu tiap selesai menghirup obat ini, pasien disarankan untuk berkumur-kumur dengan air hingga bersih.

Berbagai terapi obat–obatan lainnya

Mengatasi asma dengan inhaler pereda reaksi lambat
      Jika asma tidak kunjung mereda oleh pengobatan sebelumnya, dokter bisa meningkatkan dosis inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak juga dapat mengendalikan gejala asma, biasanya dokter akan memberikan pasien tambahan obat yang disebut long-acting reliever atau obat pereda asma reaksi lambat (long-acting bronchodilator/long-acting beta2-agonist atau LABA).
      Alternatif lainnya adalah pasien akan diberikan inhaler kombinasi atau inhaler yang dikombinasikan dengan steroid inhalasi dan bronkodilator reaksi lambat dalam satu perangkat. Khasiatnya sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya saja kinerjanya butuh waktu yang lebih lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam. Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah salmeterol dan formoterol.
      Selalu kombinasikan inhaler pereda reaksi lambat dengan inhaler pencegah dan jangan pernah menggunakannya sendiri. Penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan inhaler pereda reaksi lambat sendiri dapat meningkatkan risiko serangan asma, bahkan kematian. Contoh kombinasi inhaler adalah Seretide, Symbicort, dan Fostair. Biasanya masing-masing berwarna ungu, merah, dan merah tua.
Obat-obatan pencegah lainnya
      Dokter biasanya akan menyarankan Anda mencoba obat-obatan pencegah tambahan, jika asma masih belum berhasil dikontrol. Dua obat yang mungkin digunakan adalah:
  • Theophylline, yaitu tablet yang membantu melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya.
  • Leukotriene receptor antagonist (montelukast), yaitu tablet yang menghambat bagian dari reaksi kimia yang menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan.
      Tablet steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih belum bisa dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis pernapasan. Namun penggunaan steroid oral secara jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang serius. Oleh karena itu cara pengobatan ini hanya dianjurkan jika si pasien telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun belum berhasil.

Penggunaan steroid oral secara sesekali
      Sebagian besar orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama satu hingga dua minggu. Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah asma dapat dikendalikan.

Omalizumab sebagai obat baru
      Omalizumab merupakan obat-obatan kategori baru. Obat ini dikenal juga sebagai Xolair. Obat ini mengikat ke salah satu protein yang terlibat dalam responsimun dan mengurangi kadarnya dalam darah. Dengan kata lain, obat ini menurunkan peluang terjadinya reaksi imun atau peradangan.
Pada umumnya, omalizumab direkomendasikan untuk penderita yang sangat sering mengalami serangan asma dan memerlukan penanganan gawat darurat atau rawat inap di rumah sakit.
Sebagai obat yang biasanya hanya diresepkan oleh dokter spesialis, omalizumab diberikan dengan cara disuntikan tiap dua hingga empat minggu sekali. Penggunaan omalizumab harus dihentikan jika obat ini tidak berhasil mengendalikan asma dalam kurun waktu enam belas minggu.

Prosedur pengobatan bronchial thermoplasty
      Bronchial thermoplasty adalah prosedur pengobatan asma baru yang masih terus diteliti dan belum tersedia di Indoesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini digunakan untuk mengobati asma parah dengan cara mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan.
Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan memperbaiki kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu, keuntungan maupun kerugian secara jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui.

Efek samping dari berbagai pengobatan

Efek samping inhaler pereda dan pencegah
      Selama penggunaannya tidak melebihi dosis, inhaler pereda merupakan pengobatan yang aman yang tidak memiliki banyak efek samping. Efek samping yang umum dari pengobatan ini diantaranya adalah sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Namun gejala-gejala ini biasanya hanya terjadi pada penggunaan inhaler pereda dalam dosis tinggi dan hanya berlangsung selama beberapa menit.
      Sedangkan untuk inhaler pencegah, pengobatan ini sangat aman pada dosis reguler, meski pada dosis tinggi dapat menyebabkan beberapa efek samping, terutama dalam penggunaan jangka panjang. Efek samping utama dari inhaler pencegah adalah infeksi jamur di dalam mulut atau tenggorokan yang disebut juga sebagai kandidiasis oral. Suara Anda juga mungkin akan serak. Namun efek samping ini bisa dicegah jika Anda menggunakan spacer. Selain itu, dianjurkan untuk berkumur dengan air bersih setelah menggunakan inhaler pencegah.
      Dokter biasanya akan menjelaskan mengenai pengobatan apa yang sesuai dengan asma Anda beserta dengan efek sampingnya, seperti menjelaskan mengenai cara untuk meminimalisasi efek samping tersebut.

Efek samping dari obat-obatan tambahan
      Efek samping dari penggunaan inhaler pereda reaksi lambat mungkin sama dengan inhaler pereda reaksi cepat, yaitu sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada tangan. Dokter biasanya akan menjelaskan pada Anda mengenai manfaat dan risiko dari pengobatan tersebut. Biasanya Anda akan dipantau diawal pengobatan dan ditinjau ulang secara rutin. Jika penggunaan inhaler pereda reaksi lambat tidak kunjung meredakan asma Anda, hentikanlah secepatnya.
      Pada beberapa orang, tablet theophylline diketahui menyebabkan efek samping, seperti mual, sakit kepala, muntah, insomnia, gangguan perut, dan cepat marah. Namun hal ini biasanya dapat dihindari dengan penyesuaian dosis.
      Leukotriene receptor antagonist umumnya tidak menimbulkan efek samping, meski ada sejumlah laporan yang menyebutkan bahwa obat ini bisa menyebabkan penderita asma yang mengonsumsinya mengalami sakit kepala, gangguan perut, dan merasa haus.

Efek samping dari steroid
      Steroid dapat menimbulkan efek samping jika dikonsumsi lebih dari tiga bulan atau sering (tiga hingga empat rangkaian pengobatan dalam setahun). Efek sampingnya meliputi:
  • Tekanan darah tinggi atau hipertensi
  • Kenaikan berat badan
  • Tulang menjadi keropos
  • Kelemahan otot
  • Penipisan kulit
  • Mudah memar
  • Katarak dan glaukoma
      Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisasi risiko dalam penggunaan steroid oral, diantaranya dengan rutin berolah raga, tidak merokok, dan mengonsumsi makanan sehat dengan kadar kalsium tinggi. Sebaiknya Anda juga rutin memeriksakan diri agar terhindar dari oeteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Asma akibat pekerjaan
      Jika Anda diduga mengidap asma dikarenakan pekerjaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk memastikan diagnosis. Informasikan diagnosis Anda pada perusahaan, serta pada petugas kesehatan dan keamanan perusahaan di bagian layanan kesehatan kerja.
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melindungi Anda dari penyebab asma. Dan jika memang memungkinkan, perusahaan mengganti bahan-bahan yang mengandung zat pemicu asma dengan bahan-bahan yang lebih aman. Sejumlah langkah dapat diambil untuk meminimalisasi dampak pemicu asma di lingkungan kerja. Mintalah pada perusahaan untuk memindahkan Anda ke bagian lain sesegera mungkin. Jika tidak bisa, sebaiknya Anda pertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru.

Penanggulangan serangan asma
      Melalui rencana penanganan asma, Anda akan dapat mengetahui gejala awal asma, cara menanggulanginya, dan mengetahui kapan harus memeriksakan diri ke dokter.
Biasanya serangan asma ditangani dengan pemberian obat-obatan pereda sebanyak satu atau beberapa dosis. Jika gejala serangan asma memburuk, Anda mungkin membutuhkan penanganan di rumah sakit. Di rumah sakit, Anda akan diberikan oksigen dan obat pereda asma yang dikombinasikan dengan obat-obatan pencegah agar asma Anda bisa terkendali kembali.
      Setelah terjadi serangan asma, rencana penanganan Anda harus ditinjau ulang bersama dokter. Tujuannya adalah agar Anda maupun dokter dapat mengetahui penyebab serangan asma Anda tersebut, serta tidak terulang di masa mendatang.

Terapi-terapi pelengkap untuk mengobati asma
      Beberapa terapi pelengkap yang disarankan untuk mengobati asma, antara lain:
  • Akupunktur
  • Obat tradisional China
  • Latihan pernapasan
  • Homeopati
  • Suplemen makanan
  • Teknik Alexander, yaitu program latihan yang dirancang untuk mengubah cara Anda menggerakkan tubuh
  • Ionizer, yaitu sebuah alat yang dapat membersihkan molekul udara dengan menggunakan arus listrik
      Kecil kemungkinan dari bentuk penanganan di atas dapat memberikan hasil yang efektif, kecuali latihan pernapasan. Ada bukti yang cukup kuat bahwa latihan pernapasan, seperti yoga, metode Buteyko (teknik mengenai pernapasan dangkal), dan teknik pernapasan yang diajarkan fisioterapis, dapat mengurangi gejala asma serta kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar