Pengertian Asma
Asma
merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya sulit
bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh.
Pada tiap orang, tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat
dikendalikan dengan baik. Asma terjadi
ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang berbentuk
seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar dari
paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang
lain dan lebih gampang mengalami radang.
Sekilas mengenai gejala asma
Ketika
paru-paru seorang penderita teriritasi oleh sesuatu yang menjadi pemicu asma,
saluran napasnya menjadi menyempit, otot-otot di sekitarnya menjadi mengencang,
dan produksi dahak meningkat. Setelah itu timbullah beberapa gejala seperti
dada yang terasa sesak, sulit bernapas, mengi, dan batuk-batuk.
Serangan
parah gejala-gejala tersebut dikenal sebagai serangan asma atau eksaserbasi
asma akut. Penderita serangan asma bisa saja membutuhkan perawatan rumah sakit.
Meski jarang terjadi, serangan asma bisa membahayakan nyawa. Bagi penderita
asma kronis, radang pada saluran napasnya yang sudah berlangsung lama dan
berulang-ulang bisa menyebabkan penyempitan permanen.
Jika
seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa
menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat dewasa. Namun gejala asma
yang tergolong sedang atau berat di masa kanak-kanak, akan cenderung tetap ada
walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa muncul di usia berapa
pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.
Penderita asma di Indonesia
Di
Indonesia, seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk dan industri, maka asma
makin menjadi perhatian, terlebih lagi dengan makin bertambahnya faktor-faktor
pemicu. Peningkatan penyakit asma juga berkaitan erat dengan interior rumah,
gaya hidup, pola makan, kebiasaan merokok, paparan alergen, serta polusi udara
dari industri maupun kendaraan.
Menurut data
WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia mencapai 14.624 jiwa.
Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total kematian di Indonesia.
Sekitar 1.1% populasi Indonesia menderita asma. Jadi, walau bisa tergolong
penyakit yang jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar serangannya terkontrol
dan tidak dibiarkan mencapai tahap yang membahayakan nyawa.
Sedikit mengenai penyebab asma
Asma
merupakan penyakit keturunan. Seseorang berpeluang besar terkena asma jika
salah satu atau kedua orang tuanya juga menderita asma. Meski begitu, penyebab
dasar penyakit ini masih belum sepenuhnya dipahami.
Faktor-faktor yang menjadi pemicu umum penyakit asma
Pengertian
pemicu di sini adalah segala sesuatu yang dapat mengiritasi saluran napas,
yaitu apa pun yangnantinya mengarah kepada munculnya gejala asma. Pemicu umum
asma pada tiap penderitanya berbeda-beda.
Ada beberapa
hal yang dapat menjadi pemicu umum asma, diantaranya bulu hewan, udara dingin,
tungau debu, asap rokok, serbuk sari, infeksi paru-paru, dan olah raga. Beberapa
aktivitas tertentu seperti pekerjaan juga dapat memperburuk asma. Hal ini
diistilahkan sebagai ‘asma akibat kerja’ atau asma yang berhubungan dengan
pekerjaan. Contohnya seperti pekerja bangunan yang terkena asma akibat sering
terpapar debu atau pasir.
Sekilas mengenai diagnosis asma
Dokter
kemungkinan dapat menyimpulkan diagnosis jika Anda memiliki gejala asma yang
khas. Dokter biasanya akan bertanya mengenai kapan dan seberapa sering Anda
mengalami gejala tersebut, serta apakah Anda tahu mengenai sesuatu yang mungkin
menjadi pemicunya. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk menguatkan
diagnosis.
Langkah penanganan penyakit asma
Untuk obat
asma sendiri hingga saat ini belum ditemukan, namun ada sejumlah langkah penanganan
yang dapat diterapkan guna membantu mengendalikan asma. Penanganan
tersebut didasarkan pada dua sasaran penting, yaitu meredakan gejalanya
dan mencegah terjadinya serangan asma. Kedua sasaran tersebut juga melibatkan
kombinasi obat-obatan, identifikasi dan penghindaran diri dari pemicu asma,
serta nasihat pola hidup.
Hidup dengan asma
Jika
kebetulan Anda seorang pengidap asma atau orang yang hidup dengan asma, jangan
khawatir atau cemas dengan penyakit Anda. Asma merupakan kondisi yang dapat
dikendalikan asalkan Anda menerapkan disiplin, baik dalam hal penanganannya,
maupun pencegahannya.
Beberapa
langkah di bawah ini bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya serangan asma,
diantaranya:
- Mengenali dan menghindari pemicu asma.
- Mengikuti rencana penanganan asma Anda yang dibuat bersama dokter.
- Mengenali serangan asma dan mengobati secepatnya.
- Menggunakan obat-obatan asma yang disarankan oleh dokter secara teratur.
- Memonitor napas Anda.
- Disarankan untuk melakukan vaksinasi influenza dan pneumonia untuk mencegah munculnya komplikasi akibat serangan asma.
- Jika penggunaan inhaler pereda reaksi cepat makin meningkat, segera konsultasikan kepada dokter agar rencana penanganan asma Anda disesuaikan kembali.
Gejala asma
berkisar dari yang ringan sampai parah. Gejala asma yang memburuk secara
signifikan dikenal sebagai serangan asma. Ada beberapa gejala asma,
diantaranya:
- Batuk-batuk yang biasanya terjadi di malam hari dan di awal pagi hari.
- Sulit bernapas yang membuat penderitanya megap-megap.
- Dada yang terasa sesak.
- Mengi, yaitu suara yang dihasilkan ketika udara mengalir melalui saluran napas yang menyempit.
- Serangan asma yang dipicu oleh paparan alergen atau aktivitas fisik.
Penderita
bisa saja mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala tersebut. Gejala
yang memburuk di malam hari atau ketika seseorang melakukan aktivitas fisik
bisa mengindikasikan bahwa asma yang dideritanya makin parah dan tidak
terkontrol. Sebaiknya segera periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami hal
ini.
Serangan
asma parah biasanya terjadi secara perlahan-lahan, meski sebagian kecil
penderitanya mengalami gejala yang memburuk dengan cepat. Umumnya akan
membutuhkan waktu 6-24 jam bagi kondisi asma biasa untuk berkembang menjadi
asma parah.
Selain sesak
dada, sulit bernapas, dan mengi yang kian memburuk, tanda-tanda lain serangan
asma parah adalah adanya penurunan arus puncak ekspirasi, sulit bicara (akibat
sulit bernapas), gelisah, bibir dan kuku yang terlihat biru, denyut nadi
meningkat, serta inhaler (obat hirup untuk asma) pereda yang tidak
mempan lagi dalam mengatasi gejala.
Penyebab pasti asma masih belum diketahui. Namun ada beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit tersebut, diantaranya:
- Mengidap penyakit bronkiolitis atau infeksi paru-paru saat masih kecil.
- Memiliki riwayat keluarga berpenyakit asma atau alergi lainnya yang berkaitan (dikenal sebagai penyakit atopik) seperti alergi makanan, alergi terhadap serbuk sari dan eksim.
- Terpapar asap rokok saat masih kecil, terutama jika ibu Anda merokok saat hamil.
- Lahir dengan berat badan di bawah normal, yaitu kurang dari dua kilogram.
- Kelahiran prematur, terutama jika membutuhkan ventilator.
- Memiliki masalah kesehatan atopik lainnya seperti alergi makanan.
Faktor-faktor pemicu serangan asma
Ada beberapa
pemicu gejala asma, namun pemicu-pemicu tersebut berbeda-beda bagi tiap
penderita. Jika sudah mengetahui apa pemicu asma Anda, cobalah untuk
menghindarinya. Berikut ini adalah sejumlah pemicu asma:
- Alergen, seperti bulu hewan, tungau debu, dan serbuk sari.
- Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya disebabkan oleh virus flu dan demam.
- Obat-obatan seperti obat anti inflamasi non steroid (obat pereda sakit) seperti aspirin dan ibuprofen. Sebagai catatan, aspirin sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak di bawah usia 16 tahun.
- Iritasi udara, seperti uap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
- Faktor cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembab, dan perubahan suhu yang drastis.
- Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang digunakan sebagai pengawet makanan) seperti selai, udang, makanan olahan, makanan setengah matang, minuman sari buah kemasan, dan beberapa wine tertentu yang hanya memicu orang-orang yang rentan.
- Olahraga (kadang-kadang gejala asma menjadi lebih buruk saat penderitanya melakukan olah raga).
- Kondisi dalam ruangan, seperti ruangan yang lembab atau berjamur, bahan lantai, bahan kimia karpet, dan tungau debu.
- Faktor-faktor emosi seperti stres atau tertawa.
- Alergi makanan tertentu yang disebut juga sebagai reaksi anafilaksis. Contohnya adalah penderita asma yang alergi terhadap kacang-kacangan. Reaksi anafilaksis dapat memicu serangan asma yang lebih buruk pada penderitanya.
Kondisi penderita saat terserang asma
Saat gejala
asma muncul (serangan asma), biasanya otot-otot di sekitar saluran pernapasan
mengencang. Selain itu ada peningkatan peradangan (pembengkakan) pada lapisan
saluran pernapasan dan meningkatnya produksi dahak yang makin menambah
penyempitan pada saluran tersebut.
Dengan
menyempitnya bagian-bagian dari saluran pernapasan, maka udara akan lebih sulit
mengalir sehingga penderitanya makin sulit bernapas. Keadaan ini biasanya
disertai dengan munculnya suara mengi, meski tidak semua penderita asma
mengalaminya. Bahkan dalam serangan asma yang mengancam jiwa sekali pun, bisa
saja suara mengi tersebut tidak ada.
Serangan
asma tidak mengenal waktu dan bisa terjadi kapan saja. Namun sebelum itu
terjadi, biasanya ada tanda-tanda peringatan beberapa hari sebelumnya. Tanda
peringatan tersebut termasuk gejala yang memburuk (terutama di malam hari) dan
penderita yang terus-menerus harus menggunakan inhaler (obat hirup untuk
asma) pereda.
Segera
hubungi 118 untuk meminta bantuan ambulans jika Anda mengalami atau Anda
melihat orang lain mengalami serangan asma buruk sehingga sulit bernapas. Dokter
kemungkinan dapat menyimpulkan diagnosis jika Anda memiliki gejala asma yang
khas. Dokter biasanya akan bertanya mengenai kapan dan seberapa sering Anda
mengalami gejala tersebut, serta apakah Anda tahu mengenai sesuatu yang mungkin
menjadi pemicunya. Dokter biasanya akan melakukan sejumlah tes untuk menguatkan
diagnosis.
Tes spirometri untuk memeriksa kondisi paru-paru
Untuk
mengukur seberapa baik paru-paru Anda bekerja, dilakukanlah sebuah tes
pernapasan yang disebut spirometri. Melalui tes ini, Anda akan diminta untuk
bernapas ke dalam mesin yang disebut spirometer.
Ada dua
pengukuran yang yang dilakukan oleh mesin spirometer, yaitu volume udara yang
dapat Anda hembuskan dalam satu detik (disebut juga sebagai volume ekspirasi
paksa dalam satu detik atau FEV 1) dan jumlah total udara yang Anda hembuskan
(disebut juga sebagai kapasitas vital paksa atau FVC). Biasanya Anda diminta
untuk bernapas beberapa kali di dalam mesin tersebut guna mendapatkan data yang
konsisten.
Untuk
mengetahui apakah saluran pernapasan Anda terhambat, data yang didapat kemudian
dibandingkan dengan pengukuran rata-rata untuk orang-orang seusia Anda.
Kadang-kadang
pengukuran awal dilakukan terlebih dahulu. Setelah itu dokter akan memberikan
Anda obat untuk membuka saluran pernapasan Anda (inhaler pereda) agar
tahu apakah obat tersebut dapat memulihkan napas Anda. Setelah itu pengambilan
data kembali dilakukan. Jika hasilnya lebih tinggi setelah Anda diberikan obat,
maka data tersebut dapat memperkuat diagnosis.
Tes kadar arus ekspirasi puncak untuk mengukur tingkat hembusan udara
Untuk
mengukur seberapa cepat Anda bisa menghembuskan udara dari paru-paru dalam
sekali napas, dokter bisa juga menggunakan sebuah alat yang dinamakan peak
flow meter (PFM). Tes ini biasanya dinamakan peak flow test atau tes
arus puncak guna mendapatkan data mengenai kadar atau tingkat arus ekspirasi
puncak (PEFR).
Dokter
biasanya menyarankan Anda untuk membeli sebuah PFM untuk digunakan di rumah,
serta membuat sebuah catatan PEFR tiap harinya. Anda biasanya disarankan juga
untuk mencatat tiap gejala yang muncul agar dokter bisa tahu kapan asma Anda
memburuk.
Tes-tes diagnosis asma yang lainnya
Beberapa tes
asma lainnya mungkin dibutuhkan beberapa orang, seperti tes untuk mengukur
responsivitas saluran napas, tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran
napas, serta tes alergi. Tes-tes
tersebut dapat menguatkan diagnosis asma atau membantu mendiagnosis
penyakit-penyakit lainnya. Tentu saja hasilnya akan memudahkan Anda dan dokter
dalam membuat rencana pengobatan.
Tes responsivitas saluran napas melalui tantangan mannitol
Tes ini
digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan Anda bereaksi ketika
terpapar pemicunya. Biasanya Anda akan diminta untuk menjalani tes tantangan mannitol,
di mana Anda diminta untuk menghirup serbuk kering yang jumlahnya bisa
ditingkatkan seiring tes ini berlangsung. Dengan begitu, tes ini dengan sengaja
memicu gejala asma dan menyebabkan saluran pernapasan menjadi menyempit. Pada
anak-anak, selain bubuk kering mannitol, media pemicu asma yang juga
bisa dipakai adalah olah raga.
Anda
kemudian diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spriometer untuk mengukur
seberapa besar FEV1 dan FVC Anda berubah setelah terkena pemicu. Jika dalam
pengukuran terjadi penurunan drastis, maka kemungkinan Anda mengidap asma.
Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas
- Konsentrasi oksida nitrat. Dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika Anda bernapas. Jika kadar oksida nitrat tersebut tinggi, maka mungkin itu merupakan tanda-tanda peradangan pada saluran napas.
- Sampel dahak. Dokter biasanya akan mengambil sampel dahak Anda untuk mengecek apakah paru-paru Anda mengalami radang.
Tes alergi dengan pemeriksaan darah atau kulit
Untuk
mengetahui apakah gejala asma Anda disebabkan oleh alergi, seperti alergi pada makanan, tungau debu, atau serbuk
sari, biasanya dokter akan melakukan tes darah atau tes kulit.
Asma yang diakibatkan oleh pekerjaan
Jika Anda
merasakan bahwa gejala yang Anda alami pulih ketika Anda sedang tidak bekerja
atau cuti, kemungkinan Anda mengidap ”asma akibat pekerjaan”. Jenis asma ini
dapat didiagnosis jika Anda bekerja pada bidang atau industri yang di dalamnya
terdapat risiko tinggi asma, seperti:
- Perawat
- Penyemprot cat
- Pekerja kimia
- Tukang las
- Pengurus hewan
- Pembuat kue atau roti
- Pekerja kayu
- Pekerja pengolahan makanan
Untuk
memudahkan diagnosis asma akibat pekerjaan, biasanya dokter akan meminta Anda
melakukan tes aliran ekspirasi puncak (PEFR) dengan menggunakan peak flow
meter (PFM), baik di tempat Anda bekerja maupun di luarnya.
Melalui tes
ini, dokter bisa melihat apakah Anda terjangkit asma akibat pekerjaan akibat
alergi atau sensitif terhadap zat-zat tertentu. Selanjutnya dokter kemungkinan
akan merujuk Anda ke dokter spesialis untuk menguatkan hasil diagnosisnya.
Mengendalikan
asma dalam jangka panjang adalah tujuan utama dalam pengobatannya. Tiap
penderita asma harus dapat menjalani kehidupan secara utuh tanpa dibatasi oleh
penyakitnya tersebut. Bagi sebagian besar penderita, pengobatan yang tersedia
terbukti efektif dan memungkinkan mereka terbebas dari gejala asma.
Penanganan asma yang baik
Dokter akan
menyesuaikan pengobatan dengan gejala asma Anda. Kadang-kadang Anda membutuhkan
tingkat pengobatan yang lebih tinggi pada jangka waktu tertentu. Dalam
penanganan yang baik, pasien juga diberikan pemeriksaan rutin untuk memastikan
asmanya berada dalam kendali dan pengobatannya cocok. Peninjauan ini dilakukan
minimal sekali dalam setahun.
Sebagai
bagian dari penanganan asma yang baik, penting bagi Anda untuk memastikan bahwa
dokter atau apoteker mengajari Anda tentang cara menggunakan inhaler (obat
hirup untuk asma) dengan benar.
Rencana penanganan asma
Informasi
mengenai obat-obatan asma Anda harus disertakan dalam rencana penanganan asma.
Rencana penanganan ini juga bisa membantu Anda mengetahui kapan gejala bisa
memburuk dan langkah apa yang harus diambil. Anda juga biasanya akan diberikan
informasi mengenai apa yang harus dilakukan jika terserang asma.
Setidaknya
sekali dalam setahun, rencana penanganan asma tersebut harus Anda tinjau ulang
bersama dokter. Bahkan peninjauan secara lebih berkala perlu dilakukan jika
gejala asma Anda parah.
Anda mungkin
akan disarankan untuk membeli peak flow meter (PFM) atau alat pengukur
aliran ekspirasi puncak sebagai bagian dari pengobatan. Dengan cara ini Anda
dapat memonitor asma Anda sendiri.
Obat-obatan asma yang disarankan
Mengatasi asma dengan inhaler
Biasanya
obat-obatan asma diberikan melalui alat yang disebut inhaler (obat hirup
untuk asma). Alat ini dapat mengirimkan obat ke dalam saluran pernapasan secara
langsung dengan cara dihirup melalui mulut. Menggunakan obat asma dengan cara
dihirup dinilai efektif karena obat tersebut langsung menuju paru-paru. Kendati
begitu, tiap inhaler bekerja dengan cara yang berbeda. Biasanya dokter
akan mengajari Anda cara menggunakan alat tersebut dan melakukan pemeriksaan
setidaknya sekali dalam setahun.
Spacer sebagai pelengkap inhaler
Spacer merupakan wadah yang terbuat dari
logam atau plastik, yang dilengkapi dengan corong hisap di salah satu ujungnya,
dan lubang di ujung lainnya untuk dipasangkan inhaler. Saat inhaler
ditekan, obat akan masuk ke dalam spacer dan dihirup melalui corong spacer
itu sendiri. Spacer juga dapat mengurangi risiko sariwan di mulut
atau tenggorokan, akibat efek samping dari obat-obatan asma yang dihirup.
Saat
ditekan, beberapa inhaler memancarkan aerosol jet. Namun aerosol
jet ini kinerjanya bisa lebih baik jika diberikan melalui spacer. Spacer
mampu meningkatkan jumlah obat-obatan yang mencapai paru-paru dan
mengurangi efek sampingnya. Beberapa orang bahkan merasa lebih mudah memakai spacer
ketimbang inhaler saja. Pada kenyataannya karena dapat
meningkatkan distribusi obat ke dalam paru-paru, penggunaan spacer
sering disarankan, bahkan pada mereka telah berhasil menggunakan inhaler sekali
pun.
Inhaler jenis pereda
Sesuai
namanya, inhaler pereda digunakan untuk meringankan gejala asma dengan
cepat saat serangan sedang berlangsung. Biasanya inhaler ini berisi
obat-obatan yang disebut short-acting beta2-agonist atau beta2-agonist
yang memiliki reaksi cepat. Obat ini mampu melemaskan otot-otot di sekitar
saluran pernapasan yang menyempit. Dengan begitu, saluran pernapasan dapat
terbuka lebih lebar dan membuat pengidap asma dapat bernapas kembali dengan
lebih mudah. Umumnya inhaler pereda berwarna biru dan diberikan pada
tiap pengidap asma.
Contoh
obat-obatan pereda adalah terbutaline dan salbutamol. Obat-obatan ini memiliki efek
samping yang sedikit dan umumnya aman digunakan jika tidak berlebihan. Namun
obat-obatan tersebut biasanya jarang digunakan jika asma sudah terkendali
dengan baik. Bagi pengidap asma yang harus menggunakan obat ini sebanyak lebih
dari tiga kali dalam seminggu, penanganannya secara keseluruhan perlu ditinjau
ulang.
Inhaler jenis pencegah
Selain dapat
mencegah terjadinya serangan asma, inhaler pencegah juga dapat
mengurangi jumlah peradangan dan “kejang-kejang” yang terjadi di dalam saluran
napas. Biasanya Anda harus menggunakan inhaler pencegah tiap hari untuk
sementara waktu sebelum merasakan manfaatnya secara utuh.
Anda juga
mungkin akan membutuhkan inhaler pereda untuk meredakan gejala saat
serangan asma terjadi. Namun jika Anda terus-menerus membutuhkan inhaler pereda
tersebut, maka penanganan Anda harus ditinjau ulang secara keseluruhan. Inhaler pencegah biasanya mengandung obat
yang disebut kortikosteroid inhalasi. Merokok adalah hal yang harus dijauhi
karena dapat menurunkan kinerja inhaler pencegah.
Contoh
obat-obatan pencegah asma diantaranya adalah budesonide, beclometasone,
mometasone, dan fluticasone. Biasanya inhaler pencegah berwarna
oranye, merah, atau cokelat.
Umumnya
pengobatan pencegah disarankan jika Anda:
- Mengalami serangan asma lebih dari dua kali dalam seminggu.
- Harus menggunakan inhaler pereda lebih dari dua kali dalam seminggu.
- Terbangun pada malam hari sekali atau lebih dalam seminggu akibat serangan asma.
Kendati
begitu, kadang-kadang kortikosteroid inhalasi dapat menyebabkan terjadinya oral
thrush atau infeksi jamur pada dinding mulut. Karena itu tiap selesai
menghirup obat ini, pasien disarankan untuk berkumur-kumur dengan air hingga
bersih.
Berbagai terapi obat–obatan lainnya
Mengatasi asma dengan inhaler pereda reaksi lambat
Jika asma
tidak kunjung mereda oleh pengobatan sebelumnya, dokter bisa meningkatkan dosis
inhaler pencegah. Jika langkah ini tidak juga dapat mengendalikan gejala
asma, biasanya dokter akan memberikan pasien tambahan obat yang disebut long-acting
reliever atau obat pereda asma reaksi lambat (long-acting
bronchodilator/long-acting beta2-agonist atau LABA).
Alternatif
lainnya adalah pasien akan diberikan inhaler kombinasi atau inhaler yang
dikombinasikan dengan steroid inhalasi dan bronkodilator reaksi lambat dalam
satu perangkat. Khasiatnya sama dengan obat pereda reaksi cepat, hanya saja
kinerjanya butuh waktu yang lebih lama dan efeknya bisa bertahan hingga 12 jam.
Contoh inhaler pereda reaksi lambat adalah salmeterol dan formoterol.
Selalu
kombinasikan inhaler pereda reaksi lambat dengan inhaler pencegah
dan jangan pernah menggunakannya sendiri. Penelitian telah membuktikan bahwa
penggunaan inhaler pereda reaksi lambat sendiri dapat meningkatkan
risiko serangan asma, bahkan kematian. Contoh kombinasi inhaler adalah Seretide,
Symbicort, dan Fostair. Biasanya masing-masing berwarna ungu, merah,
dan merah tua.
Obat-obatan pencegah lainnya
Dokter
biasanya akan menyarankan Anda mencoba obat-obatan pencegah tambahan, jika asma
masih belum berhasil dikontrol. Dua obat yang mungkin digunakan adalah:
- Theophylline, yaitu tablet yang membantu melebarkan saluran napas dengan melemaskan otot-otot di sekelilingnya.
- Leukotriene receptor antagonist (montelukast), yaitu tablet yang menghambat bagian dari reaksi kimia yang menyebabkan radang di dalam saluran pernapasan.
Tablet
steroid mungkin akan diresepkan dokter jika asma Anda masih belum bisa
dikendalikan. Pengobatan ini biasanya dipantau oleh dokter spesialis pernapasan.
Namun penggunaan steroid oral secara jangka panjang dapat menyebabkan efek
samping yang serius. Oleh karena itu cara pengobatan ini hanya dianjurkan jika
si pasien telah melakukan cara pengobatan lainnya, namun belum berhasil.
Penggunaan steroid oral secara sesekali
Sebagian
besar orang hanya perlu menggunakan steroid oral selama satu hingga dua minggu.
Biasanya mereka akan kembali ke pengobatan sebelumnya setelah asma dapat
dikendalikan.
Omalizumab sebagai obat baru
Omalizumab merupakan obat-obatan kategori
baru. Obat ini dikenal juga sebagai Xolair. Obat ini mengikat ke salah
satu protein yang terlibat dalam responsimun dan mengurangi kadarnya dalam
darah. Dengan kata lain, obat ini menurunkan peluang terjadinya reaksi imun
atau peradangan.
Pada umumnya,
omalizumab direkomendasikan untuk penderita yang sangat sering mengalami
serangan asma dan memerlukan penanganan gawat darurat atau rawat inap di rumah
sakit.
Sebagai obat
yang biasanya hanya diresepkan oleh dokter spesialis, omalizumab
diberikan dengan cara disuntikan tiap dua hingga empat minggu sekali.
Penggunaan omalizumab harus dihentikan jika obat ini tidak berhasil
mengendalikan asma dalam kurun waktu enam belas minggu.
Prosedur pengobatan bronchial thermoplasty
Bronchial
thermoplasty adalah
prosedur pengobatan asma baru yang masih terus diteliti dan belum tersedia di
Indoesia. Dalam beberapa kasus, prosedur ini digunakan untuk mengobati asma
parah dengan cara mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan.
Ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa prosedur ini dapat mengurangi serangan asma dan
memperbaiki kualitas hidup penderita asma parah. Kendati begitu, keuntungan
maupun kerugian secara jangka panjangnya belum sepenuhnya diketahui.
Efek samping dari berbagai pengobatan
Efek samping inhaler pereda dan pencegah
Selama
penggunaannya tidak melebihi dosis, inhaler pereda merupakan pengobatan
yang aman yang tidak memiliki banyak efek samping. Efek samping yang umum dari
pengobatan ini diantaranya adalah sakit kepala, kram otot, dan sedikit gemetar pada
tangan. Namun gejala-gejala ini biasanya hanya terjadi pada penggunaan inhaler
pereda dalam dosis tinggi dan hanya berlangsung selama beberapa menit.
Sedangkan
untuk inhaler pencegah, pengobatan ini sangat aman pada dosis
reguler, meski pada dosis tinggi dapat menyebabkan beberapa efek samping,
terutama dalam penggunaan jangka panjang. Efek samping utama dari inhaler pencegah
adalah infeksi jamur di dalam mulut atau tenggorokan yang disebut juga sebagai
kandidiasis oral. Suara Anda juga mungkin akan serak. Namun efek samping ini
bisa dicegah jika Anda menggunakan spacer. Selain itu, dianjurkan untuk
berkumur dengan air bersih setelah menggunakan inhaler pencegah.
Dokter
biasanya akan menjelaskan mengenai pengobatan apa yang sesuai dengan asma Anda
beserta dengan efek sampingnya, seperti menjelaskan mengenai cara untuk
meminimalisasi efek samping tersebut.
Efek samping dari obat-obatan tambahan
Efek samping
dari penggunaan inhaler pereda reaksi lambat mungkin sama dengan inhaler
pereda reaksi cepat, yaitu sakit kepala, kram otot, dan sedikit
gemetar pada tangan. Dokter biasanya akan menjelaskan pada Anda mengenai
manfaat dan risiko dari pengobatan tersebut. Biasanya Anda akan dipantau diawal
pengobatan dan ditinjau ulang secara rutin. Jika penggunaan inhaler
pereda reaksi lambat tidak kunjung meredakan asma Anda, hentikanlah secepatnya.
Pada
beberapa orang, tablet theophylline diketahui menyebabkan efek samping,
seperti mual, sakit kepala, muntah, insomnia, gangguan perut, dan cepat marah. Namun
hal ini biasanya dapat dihindari dengan penyesuaian dosis.
Leukotriene
receptor antagonist umumnya
tidak menimbulkan efek samping, meski ada sejumlah laporan yang menyebutkan
bahwa obat ini bisa menyebabkan penderita asma yang mengonsumsinya mengalami
sakit kepala, gangguan perut, dan merasa haus.
Efek samping dari steroid
Steroid
dapat menimbulkan efek samping jika dikonsumsi lebih dari tiga bulan atau
sering (tiga hingga empat rangkaian pengobatan dalam setahun). Efek sampingnya
meliputi:
- Tekanan darah tinggi atau hipertensi
- Kenaikan berat badan
- Tulang menjadi keropos
- Kelemahan otot
- Penipisan kulit
- Mudah memar
- Katarak dan glaukoma
Ada beberapa
hal yang bisa Anda lakukan untuk meminimalisasi risiko dalam penggunaan steroid
oral, diantaranya dengan rutin berolah raga, tidak merokok, dan mengonsumsi
makanan sehat dengan kadar kalsium tinggi. Sebaiknya
Anda juga rutin memeriksakan diri agar terhindar dari oeteoporosis, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Asma akibat pekerjaan
Jika Anda
diduga mengidap asma dikarenakan pekerjaan, konsultasikanlah dengan dokter
untuk memastikan diagnosis. Informasikan diagnosis Anda pada perusahaan, serta
pada petugas kesehatan dan keamanan perusahaan di bagian layanan kesehatan
kerja.
Perusahaan
memiliki tanggung jawab untuk melindungi Anda dari penyebab asma. Dan jika
memang memungkinkan, perusahaan mengganti bahan-bahan yang mengandung zat
pemicu asma dengan bahan-bahan yang lebih aman. Sejumlah langkah dapat diambil
untuk meminimalisasi dampak pemicu asma di lingkungan kerja. Mintalah pada
perusahaan untuk memindahkan Anda ke bagian lain sesegera mungkin. Jika tidak
bisa, sebaiknya Anda pertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru.
Penanggulangan serangan asma
Melalui
rencana penanganan asma, Anda akan dapat mengetahui gejala awal asma, cara
menanggulanginya, dan mengetahui kapan harus memeriksakan diri ke dokter.
Biasanya
serangan asma ditangani dengan pemberian obat-obatan pereda sebanyak satu atau
beberapa dosis. Jika gejala serangan asma memburuk, Anda mungkin membutuhkan
penanganan di rumah sakit. Di rumah sakit, Anda akan diberikan oksigen dan obat
pereda asma yang dikombinasikan dengan obat-obatan pencegah agar asma Anda bisa
terkendali kembali.
Setelah
terjadi serangan asma, rencana penanganan Anda harus ditinjau ulang bersama
dokter. Tujuannya adalah agar Anda maupun dokter dapat mengetahui penyebab
serangan asma Anda tersebut, serta tidak terulang di masa mendatang.
Terapi-terapi pelengkap untuk mengobati asma
Beberapa
terapi pelengkap yang disarankan untuk mengobati asma, antara lain:
- Akupunktur
- Obat tradisional China
- Latihan pernapasan
- Homeopati
- Suplemen makanan
- Teknik Alexander, yaitu program latihan yang dirancang untuk mengubah cara Anda menggerakkan tubuh
- Ionizer, yaitu sebuah alat yang dapat membersihkan molekul udara dengan menggunakan arus listrik
Kecil
kemungkinan dari bentuk penanganan di atas dapat memberikan hasil yang efektif,
kecuali latihan pernapasan. Ada bukti yang cukup kuat bahwa latihan pernapasan,
seperti yoga, metode Buteyko (teknik mengenai pernapasan dangkal), dan teknik
pernapasan yang diajarkan fisioterapis, dapat mengurangi gejala asma serta
kebutuhan obat-obatan pereda pada sebagian orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar